◄ Vice Versa ►

Sunday, March 14, 2010

Menghindari Hutang

Berhutang merupakan kenyataan yang melanda hampir setiap rumah tangga muslim. Apalagi ketika keadaan seperti sekarang ini. Seluruh biaya kehidupan yang sangat melambung, namun penghasilan tidak kunjung datang. Namun sebagai seorang muslim kita harus tangguh dan mandiri, oleh karena itu agar kita terhindar dari jerat hutang dan tidak menyesal karenanya, maka marilah kita mencoba memahami yang satu ini.


Renungkanlah selalu hadits-hadits tentang akibat hutang.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mendatangi seorang laki-laki (yang meninggal dunia) untuk dishalatkan, maka beliau bersabda, yang artinya: “Shalatkanlah teman kalian, karena sesungguhnya dia memiliki hutang.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Apakah teman kalian ini memiliki hutang? Mereka menjawab, ‘Ya, dua dinar’. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam  mundur seraya bersabda, ‘Shalatkanlah teman kalian!’ Lalu Abu Qatadah berkata, ‘Hutang-nya menjadi tanggunganku’. Maka Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam  bersabda, ‘Penuhilah (janjimu)!, lalu beliau men-shalatkannya.” (HR: at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih). [baca terus...]


Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam  bersabda, yang artinya: “Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung karena hutangnya, sampai ia dibayarkan.” (HR: at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam  bersabda: “Semua dosa orang yang mati syahid diampuni, kecuali hutang.” (HR: Muslim).

“Demi jiwaku yang ada di TanganNya, seandainya ada seorang laki-laki terbunuh di jalan Alloh, kemudian ia dihidupkan lagi, lalu terbunuh lagi, kemudian dihidupkan lagi dan terbunuh lagi, sedang ia memiliki hutang, sungguh ia tidak akan masuk Surga sampai hutangnya dibayarkan.” (HR: An-Nasa’i, hasan).

Jangan berhutang kecuali karena terpaksa.
Pada kenyataannya, banyak orang yang berhutang untuk bisa merayakan lebaran layaknya orang kaya, untuk bisa menyelenggarakan pesta perni-kahan dengan mewah, untuk bisa memiliki gaya hidup modern, misalnya dengan kredit mobil, rumah mewah, perabotan-perabotam mahal dsb. Lebih ironi lagi, ada yang hutang untuk selamatan keluarganya yang meninggal karena malu kepada para tetangga jika tidak mengadakannya, atau jika makanannya terlalu sederhana.

Aisyah  berkata: “Nabi Shalallaahu alaihi wasalam  membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tempo dan beliau memberi jaminan baju besi kepadanya.” (HR: Al-Bukhari). Ibnul Munir berkata, ‘Artinya, seandainya beliau ketika itu memiliki uang kontan, tentu beliau tidak mengakhirkan pembayarannya. (Lihat, Fathul Bari, 5/53).

Bertaqwalah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla sebelum dan ketika berhutang.
Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh ‘Azza wa Jalla maka akan diberikan kemudahan urusannya.” (QS: Ath-Thalaq: 4). Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa mengambil harta orang (berhutang) dan ia ingin membayarnya, niscaya Alloh ‘Azza wa Jalla akan menunaikannya dan barangsiapa berhutang dengan niat menghilangkannya (tidak membayar), niscaya Alloh ‘Azza wa Jalla membuatnya binasa. “ (HR. Al-Bukhari). “Siapa yang meminjam dan sengaja untuk tidak membayarnya, niscaya ia menemui Alloh ‘Azza wa Jalla dalam keadaan sebagai pencuri.” (HR: Shahih Ibnu Majah, no. 1954, 2/52).

Hutang adalah kesedihan di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Banyak orang menyembunyikan diri dari pandangan manusia karena takut bertemu dengan orang yang menghutanginya. Karena itu dianjurkan bagi yang menghutangi untuk meringankannya. Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam  bersabda, yang artinya: “Barangsiapa meringankan hutang orang yang dihutanginya atau membebaskannya maka ia berada di bawah naungan ‘Arasy pada hari Kiamat.” (HR: Muslim).
(Sumber Rujukan: Disadur dari kitab hatta la taghriq fid duyun, Adil Muhammad Alu Abdil Ali)

0 comments: