◄ Vice Versa ►

Saturday, December 19, 2009

Goresan Sederhana di Petang yang Menyirna

Apakah sesulit itu tuk berubah? Bahkan kau tak berpikir, maka kau pun tak ada! Begitu menurut ungkapan terkenal di jagad raya. Ingat kau berujar, "berubah itu tak sesederhana yang kamu pikir. Butuh banyak tenaga dan waktu tuk prosesnya. Jadi, buang jauh-jauh kata mutiaramu itu, karena yang ku butuhkan sekarang adalah sebuah kehangatan sahabat, bukannya seorang pen-diagnosa mentalitas bertaraf bawah. Seperti kamu, yang seolah ingin menunjukkan dirimu berada di tingkatan priyayi dan kiai."

Ya, kau marah. Kau benar di semua, tapi salah fatal di satu hal. Itu bukan kata-kata mutiara ala Kahlil Gibran, beib. Itu adalah kata-kata dan hikmah suci dari Sesuatu yang Belum Mau Kau Taati. Kemudian, kau pergi dengan sembrono. Meninggalkan kami dengan hawa dingin bumi. Ya, kini tinggal aku dan kesendirianku.

Sejenak ku termenung. Ingin ku menangis, tapi buat apa, jika diam saja sudah merupakan ratapan paling pedih! Cemoohan yang kau lontarkan seakan mengunci semua ruang gerak dan napasku. Dengan lemah ku berdiri, 'tuk pulang dan berharap esok pagi, hatimu kan berganti menjadi kupu-kupu emas di padang ilalang.


Saturday, December 12, 2009

Let it Be

Ah, biarkan saja mereka melesat cepat. Seperti roket yang tak berawak. Sementara di sini diriku hanya mematung bergumul dengan asap tengik yang mereka keluarkan. Jangan pernah berpikir tuk mengeluarkan asap yang sama, karena sama saja seperti makan muntahan mereka.

Yang kau butuhkan adalah waktu dan ruang, dan tentu saja peluk dan kecupan. Jangan pula berharap mendapatkan sama seperti yang mereka punya sekarang. Itu sama saja seperti mencaci, tapi diam-diam mencicipi.

Sekarang pejamkan mata dan buka telinga. Dengarkan hembusan angin semilir yang menyejukkan jiwa. Rasakan elusan udara yang lewat dan singgah pada kulit semulus sutra. Coba simpulkan apa yang kau rasakan sekarang? Ya, ternyata mereka tak seburuk yang kau kira, dan kau tak sebagus yang kau sangka. Kenyataan yang ada malah lebih mengejutkan lagi. Justru mereka bermurah hati tuk berbagi apa-apa yang kau benci selama ini.

Bukankah apa-apa yang kau benci, belum tentu buruk bagimu, dan apa-apa yang kau suka belum tentu baik bagimu? Yang Maha Penyayang punya standar yang berbeda, teman. Jadi pakailah jalur yang telah dipersiapkan olehNya, bertindak saja sebagai masinis yang suatu saat jika kelelahan dan ada kereta lain ingin lalu, kau bisa memperlambat laju.

Jangan berhenti sampai kapanpun! Itu pesanku. [Fin]

12 Desember 2009, 09:19

Dendam Kesumat

Jangankan berkata dendam, berpikir pun tidak akan! Namun apa bedanya dengan keinginan suatu saat bisa melakukan hal yang sama? Seperti kaos kaki busuk yang tersimpan dalam kotak berhari-hari saja. Mungkin tak akan terlihat mata, tapi takkan bisa membohongi kehebatan hidung tuk menghirupnya. Mungkin juga seperti balon yang dipaksa terus-terusan terisi gas, suatu saat akan meledak dan melukai bahkan pemiliknya sendiri.

Cukup simpan saja dulu dalam hati, bahwa keinginan untuk berlaku sama adalah hal yang sia-sia. Si ‘sasaran’ takkan merasa bahwa dirinya sedang menjadi incaran seorang psikopat udik, yang modalnya hanya mulut yang tak pernah sekolah. Kerjaannya hanya ada dua. Satu pengamat, yang satu lagi komentator. Hanya bisa mengamati, dan mengomentari, itupun dalam hati.

Ya, fenomena bola salju akan terus bergulir. Entah sampai kapan, yang jelas bola salju itu sulit sekali mencair, walau dengan bantuan tenaga sembilan surya sekalipun. Justru ia butuh dibekukan dengan cara elegan.

Dan, sekali-kali, cobalah tengok sekejap ke langit, di mana di Arsy’ masih bersemayam Tuhanmu Yang Maha Agung. Pasti khayalan dan isi kepalamu akan membuyarkan diri dengan sendirinya, karena kau masih punya teman yang Takkan Pernah Berkhianat. Ya, ya, percayalah, dan patrikan itu dalam hati dan kepala. Kau masih punya Allah. Kau masih punya Tempat Bernaung. Kau masih diberi kesempatan tuk ‘kembali’.

Maka, kembalilah dengan segenap hati dan jiwa. Biarkan saja mereka berkata, “kini kau telah berbeda,” karena selain kesempatan emas dariNya, maka nikmat mana lagi yang kan kau dustakan? [Fin]

12 Des 2009, 09:06

Friday, December 11, 2009

Keutamaan dan Adab Hari Jumat Sesuai Sunnah Nabi (ﷺ)

Keutamaan dan Adab Hari Jumat Sesuai Sunnah Nabi (ﷺ)

Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya menyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala.


Keutamaan Hari Jum’at

1. Hari paling utama di dunia

Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:

Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
Hari akan terjadinya kiamat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintaannya.” (HR. Muslim)

2. Hari bagi kaum muslimin

Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umt Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa dan nasehat-nasehat, serta do’a.

Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyesatkan orang-orang sebelum kami pada hari jum’at, Yahudi pada hari sabtu, dan Nasrani pada hari ahad, kemudian Allah mendatangkan kami dan memberi petunjuk pada hari jum’at, mereka umat sebelum kami akan menjadi pengikut pada hari kiamat, kami adalah yang terakhir dari penghuni dunia ini dan yang pertama pada hari kiamat yang akan dihakimi sebelum umat yang lain.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah).

Monday, December 07, 2009

Native Deen: Intentions



Opini Gizhel: " Malu banget! :'("

Lyric: Intentions

Waking up in the morning, gotta make my prayer
Am I really gonna' make it, when there is no one there?
Taking trips to the masjid (mosque), even when it's tough
Am I going for the sake of Allah? Am I showing off?
Gonna' get me the knowledge, gonna study Islam
Am I going just to build my ego? so they call me “the Man”?
Does it matter if the people respect me, when its not for Allah?
When I know anytime He can take me, without one real du'a (prayer)

Does it matter if they say I'm a big shot?
when I get no reward for my deeds
And I'm dragged on the Day of Resurrection
Cause of the folks that I wanted to please
Plus I know that Allah has the power
To raise me up in their eyes if it need be
I should always make my intentions, for my Lord, Allah completely

Chorus: Are my Intentions alright? am I doing for Allah?
When I'm looking deep, deep down inside, do I have the right niyyah?


Wearing thoubs with a kufi, kufi
Miswaks leather socks like the old days
Am I trying to follow the Prophet? or am I seeking praise?
Giving talks on Islam to people
I'd be quoting Hadith and Qur'an
Am I speaking so they like how I'm speaking? and they say I'm “the Bomb”
Donating to Islamic centers, giving money so the Deen can grow
Am I giving for the sake of Allah? or is it for show?
Many times I have found my intentions
Are not what I want them to be
I know I start on the right direction
But Shaitan starts talking to me

And I forget that without my niyyah, I'm just wasting my time
My intentions cannot bring the reward, when they're out of line
So I pray to Allah to help me, to do everything for Him only
Doesn't matter if the people despise me
Cause with Allah I can never be lonely Yah Allah, accept this niyyah
Coming from young Muslims striving to be believers
So on the day, our deeds You'll measure. Know we only did this strictly for Your pleasure, Your pleasure

Your mercy, Your ajur (reward), Your Jannah (heaven), forever and ever and ever
And reward us for those who listen
Heeded to the message, changing their condition
And know that everything up until this point I've ever written
I submit as my repentance

And if its blessings You're sending my way
I beg You hold them to the judgement day
so maybe in Jannah you can look back and say... it was a lovely day, a lovely, a lovely day, yes a lovely day

Are my intentions, alright, am I doing for Allah
When I am looking deep deep down inside, do I have the right niyyah (intention)?

(back to chorus)



Friday, December 04, 2009

Ayo Tabayun! Demi Menjaga Kehormatan Saudara

Subhanallah, betapa Islam Mabda yang begitu sempurna. Hal serumit dan sekecil apapun ada penyelesaiannya. Berikut ini artikel tentang Pentingnya Mentabayun segala sesuatu, terutama yang berkaitan dengan kehormatan saudara kita.

Oleh: Syamsuddin Ramadhan

1. Mengembangkan Tabayyun (Cross-Check)

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. al-Hujurat [49]: 6).

“Jauhilah oleh kamu sekalian prasangka, sebab prasangka itu adalah sedusta-dustanya pembicaraan.” [HR. Bukhari dan Muslim].

2. Mendamaikan Saudara Yang Berseteru

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs. al-Hujurât [49]: 10).

3. Tidak Mengolok-olok Sesama Muslim

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanitawanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. al-Hujurat [49]: 11).

4. Tidak Berburuk Sangka, Mencari-Cari Kesalahan, Menggunjing (Ghibah)

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Hujurat [49]: 12).

“dan janganlah kamu sekalian memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kamu saling berbantah-bantahan, saling hasud, saling benci dan saling belakang membelakangi.” [HR. Muslim].

Dalam riwayat lain dituturkan, bahwa Muawiyah ra berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya, bila kamu selalu mencari-cari aib-aib kaum muslim, maka berarti kamu menghancurkannya atau nyaris menghancurkannya.” [HR. Abu Dawud].

Ibnu Mas’ud ra menceritakan, bahwa ada seseorang yang dihadapkan kepadanya, kemudian dikatakan bahwa si fulan itu jenggotnya meneteskan minuman keras, kemudian Ibnu Mas’ud berkata: “Sesungguhnya kami telah dilarang untuk mencari-cari kesalahan, tetapi kalau kami benar-benar mengetahui adanya sesuatu penyelewengan, maka kami pasti akan menghukumnya.” [HR. Abu Dawud].

“Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ghibah?” Rasulullah Saw menjawab, “Kamu menyebut sesuatu dari kawanmu yang ia sangat benci jika dikatakan.” “Bagaimana seandainya saya menceritakan apa yang memang terjadi pada saudaraku.” Rasulullah Saw menjawab, “Jika engkau menceritakan apa yang terjadi pada saudaramu, berarti kamu telah menggunjingnya; dan apabila engkau menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada saudaramu, maka engkau telah membohongkannya.” [HR. Abu Dawud].

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Musa ra, bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw: “Ya Rasulullah, siapakah yang paling utama diantara kaum muslim?” Beliau menjawab, “Orang yang kaum muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

5. Menjaga Lisan Dan Hati

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw bahwa beliau Saw bersabda: “Barangsiapa yangberiman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia selalu berkata baik atau diam.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalamriwayat lain dituturkan, bahwa Rasulullah Saw berkata: “Janganlah kamu sekalian banyak bicara, kecuali untuk dzikir kepada Allah. Sebab, banyak bicara pada selain dzikir kepada Allah akan menyebabkan kerasnya hati, dan orang yangpaling jauh dari sisi Allah SWT adalah orang yang keras hatinya.” [HR. at-Tirmidzi].

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra dikisahkan, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw: “Wahai Rasulullah, apakah yang dapat menyelamatkan?”Rasulullah Saw menjawab, “Kekanglah lidahmu, tetaplah dalam rumahmu, dan tangisilah dosamu.” [HR. at-Tirmidzi].

Dari Sa’id al-Khudri ra dari Nabi Saw diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila datang waktu pagi,maka semua anggota badan manusia mengingatkan kepada lidahnya. Anggota-anggota badan itu berkata, ‘Takutlahkepada Alklah dalam memelihara keselamatan kami, karena nasib kami tergantung kepadamu, bila kamu lurus, kami pun lurus, dan bila kamu menyeleweng, kami pun menyeleweng’.”[HR. at-Tirmidzi].

Dalam sebuah riwayat yangdiketengahkan oleh Imam at-Tirmidzi dijelaskan bahwa kunci untuk meraih keluhuran jiwa adalah menjaga lisan. Mu’adz ra berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah beritahukan kepada saya amal perbuatan yang dapatmemasukkan saya ke dalam sorga dan menjauhkan dari neraka?” Beliau bersabda: “Kamu benar-benar menanyakansesuatu yang sangat besar. Sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah SWT, yaitu:

Hendaklah kamu menyembah kepada Allah dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan berhaji ke Baitullah bila kamu mampu menempuh perjalanannya.”

Selanjutnya, beliau bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalahperisai, shadaqah dapat menghilangkan dosa seperti halnya air memadamkan api, dan sholat seseorang pada tengah malam.” Beliau lantas membaca ayat yang artinya, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizki yang telah Kamiberikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam-macam nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Lalu, beliau bertanya kembali, “Maukah engkau aku tunjukkan pokok dan tiang dari segala sesuatu dan puncak keluhuran?” Sayaberkata, “Baiklah ya Rasulullah.” Rasulullah Saw berkata, “Pokok segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncak keluhurannya adalah berjuang di jalan Allah.” Kemudian beliau bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkantentang kunci dari kesemuanya itu?” Saya menjawab, “Tentu ya Rasulullah.” Beliau lantas memegang lidahnya seraya berkata, “Peliharalah ini.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, apakah kami akan dituntut atas apa yang kami katakan?” Beliaubersabda “Celaka kamu, bukankah wajah manusia tersungkur ke dalam neraka, tidak lain karena akibat lidah mereka?”

[HR. at-Tirmidzi].

Bola Salju Bernama Ukhuwah

Seperti halnya sebuah kertas,
ia mudah terkotori oleh sentuhan sedikit saja...
Maka siapkanlah sebuah karet tuk menghapus kekejian kotoran itu,
walau tak menjamin kan menghilangkan bekasnya begitu saja.


==
Sebuah kalimat 'menye-menye' yang jarang sekali saya tuliskan. Namun, pada kenyataannya, itulah yang dihadapi oleh kebanyakan aktivis dakwah baru-baru ini. Saya tidak berbicara tentang saya, tentang Anda, ataupun tentang mereka. Kita sedang berbicara sebuah fenomena.

Terkadang terbersit di benak saya, apalah arti label 'aktivis dakwah' ataupun 'pejuang syariah', jika memahami makna 'ukhuwah' saja terlampau jauh berbeda. Ada yang beranggapan bahwa jalinan pertemanan akan terus berjalan selama kita masih sms-an. Ada juga yang merasa bahwa dia adalah sahabat yang begitu akrab karena setiap ada masalah dia selalu mendengarkan kita curhat. Ada juga yang men-judge bahwa hubungan dengan seorang teman sudah jauh, hanya karena temannya bergaul dengan sang musuh! Ah, entah apa yang terbersit di pikiran saya saat ini... Tuk memahami sebuah Ukhuwah, sungguh sangatlah susah!


Lalu saya teringat sebuah kejadian lama, dimana seorang perempuan sedang duduk sendirian dengan tampang sedih, lalu saya coba hampiri dan memegang pundaknya, dia bilang "terima kasih". Tak ada tanya dan kata di sana, karena saya masih mencoba menyelami apa yang perempuan itu rasa. Dia masih menunduk, sampai mulut saya hampir bertanya, "ada aaaap...." dan suara saya pun terhenti oleh kedatangan seorang lelaki. Entah tak peduli kehadiran saya, lelaki itu duduk di samping perempuan tadi, dan lantas, "Masih sedih honey? Mohon maafin aku..." Serasa hina diri karena perempuan itu akhirnya menganggapku seolah tak ada. Sampai akhirnya ia melihatku, "neng, maaf ya, aku pulang ke kostan dulu." Dan pergi begitu saja...

Ah! Lagi-lagi, ah! Seperti tak punya arti dan kekuatan. Serasa tayangan lambat di mana semua berputar tak karuan, dan suara mengaum-ngaum, "bicaramu takkan didengar, anak muda!"


Kemudian, kedua orang tadi (yang merupakan temanku), datang menghampiri. Mereka meminta maaf dan menjelaskan mereka sedang bertengkar, hanya karena sang perempuan dihubungi oleh seorang teman lama!

Hah! Masalah kecil bagi saya, masalah pelik bagi mereka. Percayalah, takkan kau dengar mereka berdiskusi tentang ideologi, jati diri, dan mau kemana arah bangsa ini.

==
Lalu kejadian lama seperti berulang... Dalam perjalanan pulang, kertas yang hampir polos kembali itu terkoyak, walau sedikit... Sebuah penghapus mungkin bisa menghilangkan kotoran, namun tak mungkin bisa menyambung kembali sebuah sobekan...

Kini, sambil terus memahami sebuah arti ukhuwah, banyak kawan-kawan berlabel 'aktivis dakwah' memberikan porsi mereka tanpa mereka sadari. Pada akhirnya, ukhuwah yang sebenar-benarnya adalah ketika namamu tersebut dalam doa mereka, dan senyum yang takkan pernah bisa kau lihat. Dan, terkadang, nasihat yang paling pedas sekalipun, bisa jadi sahabat terbaikmu...

Ya, warna-warni beberapa tahun belakangan ini, membuat kita menyendiri, karena fenomena itu seperti bola salju. Terus membesar... Hingga menunggu bantuan Sang Mentari tuk mencairkannya kembali...

Ya Rabb, Jagalah terus Hamba-Mu ini...
==
Zetya Gie Hardez