Ah, biarkan saja mereka melesat cepat. Seperti roket yang tak berawak. Sementara di sini diriku hanya mematung bergumul dengan asap tengik yang mereka keluarkan. Jangan pernah berpikir tuk mengeluarkan asap yang sama, karena sama saja seperti makan muntahan mereka.
Yang kau butuhkan adalah waktu dan ruang, dan tentu saja peluk dan kecupan. Jangan pula berharap mendapatkan sama seperti yang mereka punya sekarang. Itu sama saja seperti mencaci, tapi diam-diam mencicipi.
Sekarang pejamkan mata dan buka telinga. Dengarkan hembusan angin semilir yang menyejukkan jiwa. Rasakan elusan udara yang lewat dan singgah pada kulit semulus sutra. Coba simpulkan apa yang kau rasakan sekarang? Ya, ternyata mereka tak seburuk yang kau kira, dan kau tak sebagus yang kau sangka. Kenyataan yang ada malah lebih mengejutkan lagi. Justru mereka bermurah hati tuk berbagi apa-apa yang kau benci selama ini.
Bukankah apa-apa yang kau benci, belum tentu buruk bagimu, dan apa-apa yang kau suka belum tentu baik bagimu? Yang Maha Penyayang punya standar yang berbeda, teman. Jadi pakailah jalur yang telah dipersiapkan olehNya, bertindak saja sebagai masinis yang suatu saat jika kelelahan dan ada kereta lain ingin lalu, kau bisa memperlambat laju.
Jangan berhenti sampai kapanpun! Itu pesanku. [Fin]
12 Desember 2009, 09:19
◄ Vice Versa ►
Saturday, December 12, 2009
Labels
Blog
(2)
catatan perjalanan
(14)
Curhat
(12)
demokrasi
(5)
Donald Trump
(1)
Download
(2)
Facebook
(1)
Filsafat
(1)
Hadist
(3)
hukum syara
(3)
ideologis
(7)
info bayi
(3)
Irena Handono
(1)
Islam
(37)
Kapitalisme
(4)
Kesehatan
(1)
Kuliah
(2)
Media
(3)
Muslim Music
(2)
Muslimah Negarawan
(1)
Muslimah Peduli Negeri
(1)
My Design
(1)
My Family
(2)
Nafsiyah
(1)
pendidikan
(1)
Privacy
(1)
Sejarah
(4)
Sosial
(1)
Teknokra
(1)
Tsaqofah
(4)
0 comments:
Post a Comment