Seperti halnya sebuah kertas,
ia mudah terkotori oleh sentuhan sedikit saja...
Maka siapkanlah sebuah karet tuk menghapus kekejian kotoran itu,
walau tak menjamin kan menghilangkan bekasnya begitu saja.
==
Sebuah kalimat 'menye-menye' yang jarang sekali saya tuliskan. Namun, pada kenyataannya, itulah yang dihadapi oleh kebanyakan aktivis dakwah baru-baru ini. Saya tidak berbicara tentang saya, tentang Anda, ataupun tentang mereka. Kita sedang berbicara sebuah fenomena.
Terkadang terbersit di benak saya, apalah arti label 'aktivis dakwah' ataupun 'pejuang syariah', jika memahami makna 'ukhuwah' saja terlampau jauh berbeda. Ada yang beranggapan bahwa jalinan pertemanan akan terus berjalan selama kita masih sms-an. Ada juga yang merasa bahwa dia adalah sahabat yang begitu akrab karena setiap ada masalah dia selalu mendengarkan kita curhat. Ada juga yang men-judge bahwa hubungan dengan seorang teman sudah jauh, hanya karena temannya bergaul dengan sang musuh! Ah, entah apa yang terbersit di pikiran saya saat ini... Tuk memahami sebuah Ukhuwah, sungguh sangatlah susah!
Lalu saya teringat sebuah kejadian lama, dimana seorang perempuan sedang duduk sendirian dengan tampang sedih, lalu saya coba hampiri dan memegang pundaknya, dia bilang "terima kasih". Tak ada tanya dan kata di sana, karena saya masih mencoba menyelami apa yang perempuan itu rasa. Dia masih menunduk, sampai mulut saya hampir bertanya, "ada aaaap...." dan suara saya pun terhenti oleh kedatangan seorang lelaki. Entah tak peduli kehadiran saya, lelaki itu duduk di samping perempuan tadi, dan lantas, "Masih sedih honey? Mohon maafin aku..." Serasa hina diri karena perempuan itu akhirnya menganggapku seolah tak ada. Sampai akhirnya ia melihatku, "neng, maaf ya, aku pulang ke kostan dulu." Dan pergi begitu saja...
Ah! Lagi-lagi, ah! Seperti tak punya arti dan kekuatan. Serasa tayangan lambat di mana semua berputar tak karuan, dan suara mengaum-ngaum, "bicaramu takkan didengar, anak muda!"
Kemudian, kedua orang tadi (yang merupakan temanku), datang menghampiri. Mereka meminta maaf dan menjelaskan mereka sedang bertengkar, hanya karena sang perempuan dihubungi oleh seorang teman lama!
Hah! Masalah kecil bagi saya, masalah pelik bagi mereka. Percayalah, takkan kau dengar mereka berdiskusi tentang ideologi, jati diri, dan mau kemana arah bangsa ini.
==
Lalu kejadian lama seperti berulang... Dalam perjalanan pulang, kertas yang hampir polos kembali itu terkoyak, walau sedikit... Sebuah penghapus mungkin bisa menghilangkan kotoran, namun tak mungkin bisa menyambung kembali sebuah sobekan...
Kini, sambil terus memahami sebuah arti ukhuwah, banyak kawan-kawan berlabel 'aktivis dakwah' memberikan porsi mereka tanpa mereka sadari. Pada akhirnya, ukhuwah yang sebenar-benarnya adalah ketika namamu tersebut dalam doa mereka, dan senyum yang takkan pernah bisa kau lihat. Dan, terkadang, nasihat yang paling pedas sekalipun, bisa jadi sahabat terbaikmu...
Ya, warna-warni beberapa tahun belakangan ini, membuat kita menyendiri, karena fenomena itu seperti bola salju. Terus membesar... Hingga menunggu bantuan Sang Mentari tuk mencairkannya kembali...
Ya Rabb, Jagalah terus Hamba-Mu ini...
==
Zetya Gie Hardez
◄ Vice Versa ►
Friday, December 04, 2009
Labels
Blog
(2)
catatan perjalanan
(14)
Curhat
(12)
demokrasi
(5)
Donald Trump
(1)
Download
(2)
Facebook
(1)
Filsafat
(1)
Hadist
(3)
hukum syara
(3)
ideologis
(7)
info bayi
(3)
Irena Handono
(1)
Islam
(37)
Kapitalisme
(4)
Kesehatan
(1)
Kuliah
(2)
Media
(3)
Muslim Music
(2)
Muslimah Negarawan
(1)
Muslimah Peduli Negeri
(1)
My Design
(1)
My Family
(2)
Nafsiyah
(1)
pendidikan
(1)
Privacy
(1)
Sejarah
(4)
Sosial
(1)
Teknokra
(1)
Tsaqofah
(4)
0 comments:
Post a Comment