Assalamu’alaikum fren! Kali ini saya akan membicarakan sesuatu yang masih dianggap banyak orang sebagai istilah berat. Apa itu? Ya, sesuatu itu disebut IDEOLOGI.
Fren, banyak orang yang mengaku dirinya berideologi ini itu, namun dia tidak paham akan ideologi itu sendiri. Kondisi seperti menurut saya, sama halnya seperti bernama tapi tidak tahu makna namanya. Ada pepatah mengatakan, apalah arti sebuah nama. Kalau saya sih, sebaliknya, nama itu benar2 penting! Karena yang memberi nama adalah orang tua. Bahkan mungkin sampai pikir pusing 77kali dulu baru bisa menemukan nama yang cocok. Yang lebih utama lagi, nama adalah doa dan penggambaran harapan terhadap hidup si anak.
Seperti Ibnu Sina yang mengatakan, “Tanpa Definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep.” Menurut beliau hal ini sama pentingnya dengan silogisme (baca: logika berfikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat. Begitu pula ketika seseorang mengaku dirinya ber-ideologi, maka dia harus tahu apa itu ideologi, dan paham akan ideologi yang dianutnya.
Saya pernah ngobrol sama teman saya. Mereka bilang, “ngapain sih Ci, mikir kok berat-berat banget! Yang penting tuh, sekarang kita beresin dulu sholat kita. Yang penting kita puasa, jujur, amanah, ‘n bisa dipercaya. Dikasih tanggung jawab, jalan. Dikasih kepercayaan, dipegang. Itu dulu... Gak perlu deh sampe mikir kita musti berideologikan ini itu. Wong kita ngurusin diri sendiri aja repot, boro2 mau ngurusin yang laen. Mana kepikiran yang begituan. Dah deh, sekarang yang penting niatnya. Titik.”
Ungkapan panjang lebar teman saya itu membuat saya diam. Bukannya tidak bisa menanggapi. Tapi justru karena kepala langsung jadi pening, ngebayangin betapa banyaknya manusia yang ada di bumi ini dengan cara berpikir seperti itu.
Padahal, Allah menciptakan manusia juga sebagai khalifah untuk menyampaikan ayat-ayatnya. Untuk saling mengingatkan di saat apapun juga. Ada teman ditimpa musibah, kita ingatkan untuk bersabar. Ada teman dapat rezeki, kita ingatkan untuk bersyukur. Begitu pula sebaliknya. Kita yang khilaf, maka kitapun mengharapkan ada teman yang dapat mengingatkan. Betapa Maha Adilnya Allah, kan? So, bukan sekedar egois memikirkan diri kita sendiri. Ya, sampaikanlah walau satu ayat. Saya betul-betul tidak habis pikir pada orang2 yang bilang, “duh, gw gak pantes buat ngajarin ini itu. Boro2 deh mau jadi tutor. Ilmu gw aja masih minim. Kelakuan gw aja masih gini.” So, what will you do, friend? Tidak bersyukurkah manusia atas ilmu yang telah diberikan-Nya? Mau sampai kapanpun, ilmu itu tidak akan pernah habis. Bahkan di saat kita menghadapi maut sekalipun, tua sekalipun, atau berumur 100 tahun sekalipun. Kalau berpikir seperti itu terus, kapan dakwahnya?
Cara berpikir linear seperti itulah yang membuat Islam melemah! Yang patut diingat, Islam bukanlah sekedar mengurusi ritus ibadah saja. Bukan sekadar mengurusi sholat, puasa, dzikir. Islam adalah Ideologi. Mabda. Rahmatan lil ‘alamin. Mengatur segala sesuatu, dari yang besar, hingga hal kecil sekalipun. Tak ada yang luput dari aturan-Nya. Itulah mengapa setiap manusia penting untuk berideologi. Karena ideologi/mabda adalah visi yang komprehensif, sebagai cara memandang sesuatu, kumpulan ide2 atau pemikiran, merupakan akidah yang sampai melalui proses berpikir, yang melahirkan aturan2 dalam kehidupan. Mencakup keseluruhan, manusia, alam semesta, ataupun kehidupan. Baik sebelum dan sesudah manusia dilahirkan. (lihat definisi lain tentang ideologi).
Kadang saya miris juga, masih banyak orang yang menganggap istilah ideologi terlalu berat. Hm, kalau begitu oke, janganlah kita pakai istilah ideologi. Coba pakai istilah aturan hidup, pandangan hidup, hukum dari segala perbuatan kita. Sama tidak? Kapan ya, kita bisa membiasakan diri untuk menyebut, I-DE-O-LO-GI? Dan dengan wajah ceria, karena kita beruntung bisa berkata, “ideologi saya Islam, lho!”.
Tapi ingat fren, ketika kita sudah berkata “saya berideologikan Islam!” maka ada konsekuensi yang mengikuti kita, yaitu bagaimana upaya kita untuk selalu berhukum hanya dengan hukum-Nya. Dan Insya Allah jika niat kita tulus, maka Allah pun akan memudahkan jalan kita untuk melaluinya, ya kan? (n_n). Betapa hukum Allah itu sempurna ya. Masih ingat, kan, bahwa ketika manusia sudah berniat baik, maka Allah memerintahkan malaikat untuk mencatat amal baik, dan ketika melaksanakannya, maka catatan amal baik pun bertambah. Tapi ketika manusia berniat jahat, Allah memerintahkan malaikat untuk menangguhkan catatannya dan baru mencatatnya ketika manusia benar-benar melakukannya. Dan ketika manusia melakukan kesalahan pun, Allah masih membuka pintu taubat selama manusia tidak berada dalam kondisi sekarat. Subhanallah, keren, kan! (Eh, tapi siapa yang tau yah kapan kita sekaratnya?).
Firman Allah QS. Al Baqarah 2:208
“Hai orang2 yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah2 setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Tidak berat, kan berideologikan Islam? Insya Allah, Allah pasti nunjukkin jalan-Nya kepada hamba-Nya yang berusaha. ~_n. Saling doain ya Fren! Karena saya juga masih belajar. Wassalam.