◄ Vice Versa ►

Wednesday, November 09, 2016

Islam dan Perubahan Sosial

Telaah Kritis Kekinian dan Refleksi Sirah Nabawi membangun Peradaban Islam[1]

Oleh: Husain Assa’di, SP. MSi[2]
Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan, ungkapan ini bukan sekedar teori di alam ilmiah saja, tetapi mewujud secara apa adanya ditengah-tengah kita. Perubahan meniscayakan perubahan yang lainnya, dan perubahan sebagai sebuah proses, akan mengalami dinamikanya sendiri di tengah segala ‘variable’ yang berada dilingkaran sekitarnya. Menurut saya, setidaknya, ada tiga hal penting dalam pejelasan mengenai perubahan, pertama ada perubahan itu sendiri, proses perubahan dan terakhir adalah arah perubahan. Dari tiga titik inilah diskusi tentang Islam dan Perubahan Sosial akan saya mulai.


Perubahan Sosial; Alami atau Rekayasa?


Pertanyaan ini perlu dijawab sebagai awal membangun pemahaman mengenai perubahan social sekaligus memberikan penjelasan posisi ‘aktor perubahan’. Perubahan atau ‘status quo’ pada hakikatnya, menurut saya, adalah proses sengaja. Apa yang terjadi di alam hubungan antar manusia adalah interaksi kepentingan satu sama lainnya, biasanya dalam suatu kondisi yang sudah mapan, sejahtera, atau kondisi-kondisi yang menguntungkan, orang cenderung untuk memilih status quo, dan segala upaya dilakukan untuk mempertahankan kondisi itu, diciptakanlan isu-isu mengenai kesejahteraan, dan segala kebaikan lainnya dengan mempertahankan dan melanjutkan situasi yang ada. Berbeda dengan pihak yang ‘gerah’ dengan situasi yang ada, kondisi yang ada dilihat penuh dengan masalah sehingga perlu diciptakan sebuah perubahan. Cara pandang inilah yang melahirkan aksi-aksi social, rekayasa dan semangat untuk berubah.

Dari dua pihak inilah lahir resultan perubahan yang pada hakikatnya sama-sama meretas dari kesengajaan. Bahkan perubahan demografi, yang menurut saya pada awalnya hasil dari perubahan alami, ternyata adalah bentuk dari kesengajaan. Sebagi cotoh program KB, transmigrasi, dan kebijakan lainnya yang menandakan keputusan-keputusan yang sangat privat, menjadi objek proses perubahan yang direncakanakan dan diupayakan untuk tujuan tertentu.

Masalah sebagai Delta antara Das Sein dan Das Sollen

Bila kita renungkan, hampir semua profesi menggunakan analisa masalah dengan melihat jarak antara Das Sein (fakta/realita) dan Das Sollen (Idealita). Seorang dokter akan mendiagnosis pasiennya dengan melihat kesehatan secara faktual kemudian membandingkannya dengan kondisi seharusnya (orang yang sehat sempurna), delta dari dua kondisi itulah yang disebeut sebagai masalah, dari masalah yang dihadapi itulah, dokter akan menentukan, eksekusi apa yang paling tepat dilakukan untuk pasiennya. Bisa hanya diberikan vitamin, obat label hijau, biru, merah, operasi bedah, amputasi atau transplantasi. Eksekusi yang dilakukan adalah ihktiar yang dengan segala pertimbangan medis, sosial dan finansial pada titik yang dinamis.

Perubahan sosial juga perlu diawali dengan analisa seperti di atas. Kalau kondisi yang ada sekarang cukup dijaga dan dilanjutkan, berarti perubahan sosial yang dilakukan juga harus merepresentasikan tujuan tersebut, secara ekstrim bisa dikatakan do No Change!, tetapi jika hasil analisa atas suatu kondisi sosial menghasilkan kesimpulan ada masalah besar, maka perlu dilakukan aktifitas perubahan degan intensitas yang lebih tinggi, Change! Pertanyaannya adalah, hari ini kita ada dalam kondisi apa? Tidak ada masalah, ada masalah sedang, atau mempunyai masalah besar. Hasil diagnosa anda menentukan petualangan kita hari ini. Mau berubah atau tidak mau berubah, kalau mau berubah, seberapa besar perubahan yang hendak diinginkan.

Mendiagnosa Masalah; Menjadi dokter Sosial harus Objektif!


Bila kita kembali mengingat masa kampanye pemilu legislatif baru-baru ini, rasanya kita akan menjadi bagian yang dihadapkan pada satu kenyataan dengan beragam penilaian. Misalnya, tentang isu kemiskinan, hutang luar negeri, dan pendidikan yang pada faktanya sama tapi diangkat dengan bahasa dan penilaian yang berbeda, tentu dengan kepentingannya masing-masing. Dalam melihat sliweran atas isu ini Pertama, perlu disepakati, apakah realitas sosial itu netral atau tidak? Kedua, analisa atas realitas tadi netral apa tidak? Nah ini akan menjadi modal berpikir atas realitas ini.

Isu kemiskinan dalam bingkai ekonomi adalah isu yang sering diangkat, sebut saja Demokrat mengangkat isu ini dengan mengetengahkan keberhasilan pemerintah menekan angka kemiskinan, menurunkan BBM 3 kali, harga-harga yang turun, swasembada beras, pengangguran menurun, kesejahteraan meningkat. PKS juga mengusung keberhasilan swasembada beras sebagai keberhasilan. Sebaliknya, Prabowo dengan gerindra, PDIP, dan Hanura membawa penilaian berbeda terhadap masalah di atas. Lalu, penilaian yang benar dari fakta yang ada itu? Tapi yang jelas, Demokrat lebih unggul dari yang lain. Apakah ini berarti Demokrat benar dalam mengungkap fakta dengan banyaknya pemilih? Apakah kebenaran ditentukan oleh banyaknya pemilih? Silahkan simpulkan sendiri.

Ada sebuah masukan yang menurut saya penting mengenai realitas dunia saat ini, analisa ini bias dipakai pada aras nasional maupun global. Perspektif Word System Theory menyumbang sebuah cara pandang mengenai tata dunia yang sekarang ada. Ada tiga level negara pasca runtuhnya sosialisme Uni Soviyet. Menurut Wallerstein negara terbagi menjadi tiga level yaitu Negara maju, negara berkembang dan negara-negara yang ‘naik kelas’ menuju negara maju. Friedman (1999) dengan tandas menyatakan ketiga level ini mempuyai arah pengaruh dari atas ke bawah.

Maksudnya, sistem yang berkembang di dunia ketiga didesak oleh kekuatan western global world yang sangat menekan melalui ekspansi-ekspansi sistem pengetahuan barat lewat Transnational Knowlegde System (TNKs), sistem ekonomi yang melaju seiring perluasan kapital dari Transnational corporations (TNCs), dan kekuatan kolaborasi antar negara melalui apa yang disebut dengan Transnational State System (TNSs). Kapitalisme dengan tiga kekuatan diatas mencengkram dan mendominasi begitu kuat seluruh sendi kehidupan dunia ketiga. Robinson (2001), mengemukakan lebih jauh bahwa kapitalisme menyebabkan kelumpuhan total kawasan periferal melalui dua cara, yaitu ekspansi kolonialisme di era penjajahan dan ekspansi globalisme di era modernisasi. Sebagaimana dikemukakan:
“The capitalist system since its inception has been expanding in two directions, extensively and intensively. The final phase of capitalism’s extensive enlargment started with the wave of colonization of the late nineteen and early twentieth century and concluded in the 1990s with the reincorporation of the former soviet bloc and thirdworld revolutionary countries. Under globalization, the system is undergoing a dramatic intensive expansion. Globalization is creating uneven spaces that support material basis for human societies and is changing the whole institutional organization array.”
Hasil akhir dari bekerjanya sistem-sistem pengaturan ala kapitalisme dan globalisme adalah apa yang dikonseptualisasikan sebagai pengaturan-pengaturan berbasiskan kesepahaman antar bangsa (antar negara) dengan apa yang disebut sebagai Transnational States(TNSs). Dalam konsep TNSs, kedaulatan negara dunia ketiga terkooptasi dan terkolonisasi oleh kekuatan politik antar negara yang berjejaringan secara transnasionalitas, dimana keputusan-keputusan yang diambil seringkali merugikan kepentingan negara-negara periferal. Castel (2001) mengemukakan bahwa globalisme telah menghempaskan bencana ekonomi, politik, dan budaya menuju sebuah cengkeraman hegemoni kapitalisme (Meminjam istilah Gramci). Bagaimana dengan Indonesia? Lihat saja realitas Politik, Ekonomi, Budaya, Pendidikan, Hukum, Hankam, Lingkungan Hidup? Pertanyaannya kemudian, kita perlu berubah atau tidak?

Eksplorasi Teori Gerakan Sosial

Jika jawabannya kita perlu memulai langkah perubahan, maka bagian ini menjadi penting. Tetapi jika jawabannya adalah tidak perlu berubah, maka bagian ini juga penting untuk diketahui, karena ada sebagian orang yang tengah bekerja keras untuk meretas perubahan, dan bisa jadi ini sebagai sebuah ancaman. Ada beberapa pendekatan yang lahir dari pemikir sosial dalam membaca peta gerakan sosial dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai. Alain Touraine dan Manuel Castel (1985) menyebut beberapa tipologi gerakan sosial untuk keluar dari masalah di atas. Tipologi ini didasarkan atas 2 hal yaitu, derajat identitas group yang ingin ditawarkan (visi perubahan) dan derajat level perubahan yang diinginkan.

Profesional reform movement
Tipe gerakan social seperti apa yang hendak dipilih, tentunya sangat berkaitan dengan hasil diagnose masalah sebelumnya. Dari keempat tipologi diatas, John Hannigan menyebut bahwa Social Liberation Movement, memiliki daya dorong yang paling tinggi untuk sebuah perubahan. Pembebasan sosial adalah gerakan yang visioner dan mendasar. Oleh karenanya bila ingin keluar dari jeratan kapitalisme global bangsa-bangsa yang terperangkap dalam kungkungan kapitalisme, mestinya tidak berjuang lewat jeratan yang ada dan visi ideologi yang dihasilkan dari ideologi ini. Apakah Hannigan menolak Demokrasi dalam usaha ingin meretas jalan perubahan? Mungkin bisa berarti demikian, jika kita sepakat bahwa demokrasi merupakan sebuah jeratan yang dilahirkan oleh kapitalisme.

Islam dan Perubahan Sosial

Dalam Selebaran yang ditulis oleh Abdurrahman Al Baghdadi, mafhum al ishlah wa at-taghyir fi al islam, Islam mengajarkan dua tipe perubahan. Yaitu Ishlah dan Taghyir, perubahan Islah adalah perubahan parsial sedangkan Taghyir adalah tipe perubahan radikal. Baik Ishlah maupun taghyir keduanya mempunyai syarat awal, yang kemudian menentukan apakah metode Ishlah atau Taghyir yang dipilih. Untuk lebih jelasnya saya akan menyajikan dalam bentuk matriks dibawah ini:

Matriks Tipe Perubahan dalam Buku Mafahim Islam

Metode PerubahanDefinisiSyarat KondisiIshlahSecara etimologis berati memperbaiki atau melakukan aktivitas dengan membawa sesuatu yang lebih baik (Mu’jam al Wasith, cet. 2 juz 1, hal 520)Level Perubahan (Individu, Masyarakat dan Negara) berlangsung sudah Islami, tetapi ada kekurangan atau kesalahan sebagian.TaghyirTaghyir secara etimologis berari mengubah atau mengganti sesuatu yang baru yang lebih baik (Mu’jam al Wasith, cet. 2 juz 1, hal 668)Level Perubahan (Individu, Masyarakat dan Negara) berlangsung belum Islami

Tipe perubahan ini bisa diaplikasikan dari perubahan level Individu hingga level negara, dari matriks di atas, pertanyaan yang diajukan adalah, apakah saat ini (Individu, Masyarakat dan Negara) yang berlangsung sudah sesuai dengan Islam atau tidak? Lebih spesifik, apakah tata aturan kehidupan, kedaulatan dan keamanan sudah sesuai dengan Islam atau belum? Untuk itulah perlu kita gali secara meyakinkan dengan mengeksplorasi fakta (dalam bahasa fiqih sering disebut tahqiqul manath) Jawaban ini akan menentukan langkah apa yang akan dipilih dalam melakukan proses perubahan.

Rasulullah membangun Peradaban Islam


Dalam buku at takatul hizb, dikemukakan bahwa Rasulullah saw melakukan aktivitas penting dalam membangun peradaban Islam di madinah yang kemudian menyebar dan menaungi 2/3 dunia. Muhammad saw pertama melakukan pembinaan masyarakat (tatsqif al ummah). Beliau membina masyarakay hingga labirlah kader-kader militan. Kader-kader ini bergerak dakwah di tengah masyarakat untuk menyampaikan Islam hingga terbentuk kesadaran politik umat. Umat yang memiliki kesadaran politik adalah umat yang sadar bahwa hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan Syariat Islam sebagai tata aturan.

Kedua, bergerak ditengah masyarakat (tafa’ul ma’al ummah). Rasulullah bergaul di tengah-tengah masyarakat bersama dengan para sahabat. Ditengah-tengah masyarakat tersebut Rasulullah dan para sahabat melakukan perjuangan politik (kifah asiyasiy) dengan mendorong masyakat untuk menerapkan dan memperjuangkan syariat Islam, kemudian melakukan pergolakan pemikiran (shiro’u al fikriy) dengan cara menentang setiap ide/gagasan/paham yang bertentangan dengan Islam. Rasulullah dan para sahabat menyampaikan Islam apa adanya, mengkritik kerusakan yang ada pada saat itu. Selanjutnya adalah membongkar rencana jahat musuh (kasyful khuthat).

Kemudian memberikan solusi atas permasalahan di tengah masyarakat (tabanni mashalih ummat). Rasulullah menawarkan Islam sebagai solusi problematika kehidupan secara intensif kepada masyarakat saat itu. Dan mengajak pihak-pihak yang memiliki kekuasaan untuk melindungi dan mau menerima ajaran Islam. Kemudian, ketika proses tersebut pada titik sempurna (diterima masyarakat), Masyarakat madinah menyerahkan kekuasaan kepada Rasulullah, dan berdirilah negara Islam pertama. Dari sinilah awal Rasulullah meretas jalan dakwah dengan kekuatan negara, dan hasilnya, Islam diterima ke seluruh penjuru dunia.

Saatnya Berfikir dan Berbuat; karena hidup ada karena kita berfikir dan berbuat


Saya kira ini merupakan konklusi dari tulisan pengantar diskusi ini, pertama apakah perlu ada perubahan saat ini? Jawabannya, tergantung apa kita merasa ada masalah atau tidak, bila ada, besar atau kecil dan seberapa jauh kita menghendaki perubahan? Kemudian, jalan apa yang hendak kita akan pilih untuk meretas perubahan? Apakah kita mempunyai gambaran akhir dari idealita perubahan yang dituju? Atau sekedar hanya ingin berubah saja, apapun perubahannya. Kemudian, seberapa siap kita dengan pilihan yang kita ambil? Pertanyaan terakhir ini, meminta kita berkontemplasi. Saatnya berfikir dan berbuat.

---
Bacaan Lebih Lanjut:
An Nabhanny, Taqiyuddin. Terbitan 2005. Negara Islam (Daulah Islam), HTI Press

An Nabhanny, Taqiyuddin. Terbitan. 1999. Pembentukan Partai Politik (At Takatul Hizby). HTI Press

Castel,S. 2001. Studying Social Transformation. International Political Science Review.

Friedman.1999. Indigenous Struggles and discreet Charm. Journal of Wolrd System Research.

Hannigan, J.A. 1985. Alain Touraine, Manual Castel and Social Movement Theory; A Critical Appraisal. The Sociological Quarterly

Hizbut Tahrir, 1989. Manhaj Hizb at Tahrir fi taghyiir.

Hizbut Tahrir, Ajhizah Daulah Khilafah. 2007. HTI Press

Harper, C.L. 1989. Exploring Social Change. Prentice Hall. New Jersey

Robinson. W.I. 2001. Social Theory and Globalization: The Rise of Transnational State. Theory and Society.

[1] Makalah Pengantar Workshop Islam dan Peradaban HTI Chapter IPB, 19 April 2009 di Kampus IPB, bukan merupakan tulisan ilmiah, bertujuan mengawali diskusi lebih lanjut.

[2] Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia

Sumber https://abstrakkonkrit.wordpress.com/2009/05/01/islam-dan-perubahan-sosial/

0 comments: