◄ Vice Versa ►

Wednesday, July 25, 2007

Layotan Pimnas? Kewl!



Two Thumbs Up!
Untuk gambarnya, pemilihan font, juga warnanya. :)

Met Wisuda! Wis Udah Telat Yah? :)

CONGRATULATION! To Ka' Novir, Bung Donkays, dan Bung Ronjret (urut dari kiri ke kanan). Mereka adalah senior, kakak, guru, sekaligus sahabat di kehidupan saya. Emang udah telat siy, tapi ndak papa lah ya? :) Berharap tertular wisudanya, dan bukan lamanya.

Meskipun WISUDA, SKRIPSI, dan BIMBINGAN adalah kata-kata yang sedang dihindari saya dan beberapa sahabat, namun bukan berarti mengucapkan selamat kepada 'terwisudawan' jadi terhalang. Justru semangat untuk menghadiri acara wisudanya. Selain ada makan-makannya, juga karena ajang reuni dan pesta perpisahan juga.

Hikmah dari teman yang Lulus
Asri Susila Ningrum (Teknik Pertanian '03).
Dia ini dulu bareng magang di Teknokra, tapi tidak sampai lulus. Dari awal dia memang merencanakan 3.5 tahun adalah waktunya kuliah. Sampai-sampai Rio -teman akrab Asri- bilang, "artinya omongan dia bener. Kuliahnya cuma bentar," sambil mata berkaca-kaca terharu, seperti mengatakan, "Achy, selamet yah!". Punya pacar, namanya gak tau, tapi yg jelas, Asri gk bisa jauh-jauh dari pacarnya ini. Di mana ada Asri, di situ ada pacarnya itu. (Sampe2 ada yang nahan gondok dan cemburu, hehe, sabar yah!).

Anita Mustika (Teknik Sipil '03).
Satu angkatan organisasi Pasis (Pasukan Inti Siswa) SMUN 2 Balam. Dari dulu nih anak emang pinter. Cakep, gaul, putih. (Anita, kapan nyusul temen-temen lain yang sudah berkerudung? :-)) Pertama dan Satu2nya lulusan di jurusan dia. Tidak ikut organisasi.

Wika Maharisa (Akuntansi '03).
Sama, satu angkatan Pasis juga. Berkerudung. Umurnya masih 21 tahun. Kabarnya dia lanjut ke S2, trus S3, kerja, baru berencana menikah. Apa2 yang diinginkannya, pasti dia kejar terus. Salut. Pernah di HMI, tapi enggak lanjut. Trus aktif juga di EEC (org. bahasa Inggris gitu).
Novi Fredy dan Putri Piyantami/Ami (Ilmu Komunikasi '03).
Nah, yg ini satu angkatan dan jurusan. Novi lulusan terbaik Universitas Lampung, IPK-nya lupa, :p. Mereka ini yang bikin kebat-kebit kakak tingkat dan teman satu angkatan. Dua-duanya dulu aktif di HMJ/Hima.

Sedangkan dari K'Novir, Bung Donkays, dan Bung Ronjret, banyak sekali yang saya dapat. Ya, bayangkan saja. Hidup dan kenal bukan sehari dua hari. Tapi bertahun-tahun. Kenangan sama mereka takkan terlupa, deh. Mulai dari kyay jamo adien, ehe'ehe-nya bung donkay, rajinnya bung Ronjret.

Kak Novir orangnya baik. Semoga nanti ipar saya juga baik yah, hehe. Bung Donkays apalagi, mungkin kalau ditampar orang saja, dia hanya nyengir saja, gak mungkin balas. Ya, Allah yang balas yah, Kak. Saya pernah merasa bersalah sekali sama dia. Dan dia hanya bilang, "Kakak tau Ucew gimana kok." Duh, dari situ saya nangis, dia emang ngertiin adek2nya. Terakhir dia pamitan untuk kerja di luar Bdl, sedih banget Kak. Kalau Bung Ronjret, hm, sepertinya hidup dia gak ada bebannya. Mungkin ada, tapi dia pintar menyembunyikannya. Rajin, ya nyapu, bersih2, rajin sholat, ngajinya jago ... :-). Terakhir diskusi masalah agama, nikah. Pemikirannya sederhana. Semoga kesederhanaannya bisa mengantarkannya pada kemuliaan, amin. Kabarnya udah ada 'calon'. Nanti dididik yang bener yah, hehe.

==


Sebenernya, saya cerita di atas, testimoni mereka, hanya sekadar pelampiasan ucapan selamat saya. Mungkin karena kebaikan dan kelebihan itulah yang membawa mereka sampai pada tingkat infiniti ini. Untuk masalah kekurangan, saya pikir, mereka juga cukup dewasa untuk tahu. Beda dengan mengetahui kelebihan :-).

Mudah2 semua sukses yah!!

Kebodohan Sepanjang Bulan

Sabtu pagi, aku masih berkutat di pekerjaan biasa. Bangun, sholat subuh, sarapan pagi, di depan komputer, sambil ditemani suara tivi. Masih belum mandi, tadi aku cuma cuci muka dan gosok gigi. Udara dingin, tapi aku paksakan hidupkan kipas angin untuk mengusir nyamuk-nyamuk iseng, yang lebih hebat dan rajin daripada manusia. Mereka sanggup begadangan, dan pagi-pagi sudah cari penghasilan. Bedanya, begadangan-nya mereka tidak buat ceking badan, tapi justru buat gemuk, sampai-sampai mereka jalan di kulit tanganku, tak sanggup terbang. Plok! Aku reflek, darah nyamuk yang baru saja mati jadi melekat di tanganku. Aku perhatikan lebih dekat, tidak ada garis hitam-putihnya. Aman, pikirku, walau tangan jadi bentol.

Udara sudah mulai menghangat. Aku melakukan sedikit peregangan badan, olahraga kecil-kecilan. Rumah sepi. Adik pergi ke kampus duluan. Ayukku masih asyik berselimut. Papa kerja, dan mama berkunjung ke rumah mbah di sebelah. Aku menghidupkan gosokan, mau gosok kerudung. Sebentar lagi aku mau ke kampus, melihat pengumuman, mencari data, dan membereskan komputer di Teknokra. Banyak janji yang musti ditepati, dan aku bertekad untuk melunasinya segera, sebelum aku mati.

Entah kenapa kejadian kemarin masih saja teringat di benakku. Sampai-sampai semalam aku mau tidur saja sulitnya bukan main. Ternyata selama beberapa bulan ini aku telah melakukan kebodohan. Seorang sahabat mengingatkanku, “penyakit hati, Cay!” Subuh tadi aku berdoa, semoga Allah segera melenyapkan perasaan ini, karena benar, ini namanya penyakit hati. Selepas tilawah aku bisa sedikit tenang. Aku yakin, Allah menciptakan hambaNya dalam bentuk yang berbeda-beda. Manusia tinggi karena ilmunya, dan keimanan adalah kasat mata kecuali tersirat dari perilakunya. Aku benci dengan mereka yang memandang dari pantulan panca indera yang memiliki kemampuan terbatas. (Jadi ingat kata-kata seseorang).

Aku memang belum apa-apa. Tapi setidaknya aku bersyukur bahwa Allah demikian Maha Baiknya, sehingga seorang Uchy bisa berdikari (berdiri di kaki sendiri), hingga saat ini. Dan topeng menjadi begitu bersahabat. Saat sedih dan menangis, topeng bahagia dan senang selalu kukenakan. Hanya saja, ketika ini kuceritakan kepada sahabatku, betapa kerasnya usahaku untuk ‘mengenakan’ topeng ini, sahabatku tertawa. Dia bilang, “iya, tapi topeng yang ente pake itu transparan!” Aku ikut senyum mendengarnya. Ada benarnya.

Sinar matahari mulai masuk rumah lewat ventilasi kawat belakang rumah. Tandanya sudah siang. Gosokan pun sudah panas. Mandi air dingin pasti bisa jadi terapi. Aku tersenyum. Melupakan kebodohan bukanlah suatu kebodohan. Tapi mengingat kebodohan bisa jadi merupakan langkah bijak. Banyak hikmah dari semua kejadian, ini hikmah terbesar bagiku. Menjadikan seseorang sahabat tanpa dia tahu, mencintai dia tanpa dia sadar, dan mengagumi dia tanpa dia paham, adalah sesuatu yang menurutku murni. Dulu, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Muhammad Saw, “aku mencintainya.” Lalu Rasul bertanya, “apakah dia tau?” Dijawab, “tidak.” Rasul berseru, “kalau begitu sampaikanlah padanya.” Suatu saat nanti, aku akan menyampaikannya, dengan cara yang tidak biasa.

Ujung 69, 22/06/07, 09:43.

Wednesday, July 18, 2007

Mulutmu Harimaumu

Saya yakin jargon sebuah iklan itu menyindir ke hampir semua perasaan orang. Pun halnya saya, ketika mendengar itu, saya tersenyum sendiri, sambil tarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. Fiuuuh! Faktanya, saya tersindir.

Ada beberapa kejadian yang membuktikannya. Isu dan fitnah tersebar kemana-mana. Sampai akhirnya saya kerepotan untuk meluruskannya. Pergi ke sana sini, bicara berulang-ulang, sekedar untuk bicara, “itu semua salah. Jangan diingat. Masalah saya jangan ditambah. Terimakasih.” Dulu, saya memang sering bercerita jauh, dengan harapan teman-teman saya akan memberikan solusi terbaik mereka, setidaknya dengan menjadi pendengar yang baik saja. Cukup dengan itu. Pesan saya, cukup kita bertiga saja yah yang tahu, saya, dirimu, dan Allah, selalu ada disetiap akhir cerita. Tapi toh akhirnya, cerita kemana-mana. Mereka bercerita kepada orang lain dengan pesan yang sama, cukup kita yang tahu. Jadilah itu proses berantai. Jadilah semua orang merasa simpati, empati, kasihan, sedu sedan, dan sebagainya. Banyak pesan yang saya terima. Uchy yang sabar yah... Uchy harus kuat. Uchy ini adalah sedikit cobaan... Uchy ini, uchy itu... *pusing*

Kejadian itu membuat saya mendapat pelajaran luar biasa. Semenjak itu, saya hati-hati kalau bicara. Mengemukakan rahasiapun saya pilih-pilih. Mereka yang saya anggap had a bad track record tidak menjadi daftar orang-orang terpercaya saya. Sampai nanti saya siap untuk belajar percaya lagi. Ini bukan salah mereka, karena ‘harimau ini’ awalnya berasal dari saya. Sesekali menangis membuat merasa bodoh. Seperti saya tidak punya Tuhan saja, yang Maha Setia Menemani. Kita diberikan naluri untuk membedakan antara baik dan buruk, indah dan jelek, benar dan salah. Tapi saya yakin semua ada ukurannya. Semua ada penyatunya, karena manusia diciptakan dengan tujuan yang sama. Dan saya yakin yang mampu mempersatukan semua adalah Allah.

Tuhan, ajarkan saya untuk percaya, bahwa keajaiban itu datang karena usaha. Tuhan, buat kami menyadari keberadaan kami di dunia ini salah satunya adalah sebagai penumpang, agar bisa saling dakwah, saling mengingatkan dalam ibadah
Ketika kata mulai berombak, maka yang keluar adalah kalimat indah penuh berkah.
Ketika perilaku tak cukup satu, maka yang lain akan mengikuti.
Akan saya pajang balon udara di atas rumah.
Yang dengannya saya bisa melihat seisi dunia.
Pojok 69 23.06.07 22:31

Tuesday, July 10, 2007

Akhirnya, PKL juga

Alhamdulillah, akhirnya saya PKL juga. Tahun lalu, ketika semua teman PKL, sementara badan ini masih asyik berkeliaran di kampus, sering ditanya, (dengan wajah heran), “Ci, masih di kampus? PKL di mana?”

Waktu terus jalan, bahkan ada teman yang sudah wisuda, dan dapat predikat terbaik satu universitas pula. Saya masih cengar cengir tidak peduli. Ah, masih ada tahun depan, pikir saya. Tapi, dua hari menjelang pendaftaran terakhir PKL, untuk periode Juli-Agustus, tiba-tiba terbersit pikiran, kenapa gak gw coba aja. Alhasil, sibuk urus sana sini. Surat pendaftaran, print out transkrip dengan tandatangan Dekan, tentu saja dana Rp150 ribu kudu cepat dicari.

Hari Kamis waktu itu. Perndaftaran paling lambat Sabtu. Sempet ditanya adik tingkat, “Mau PKL di mana Mbak?” Wah, lagi-lagi saya nyengir. Belum tahu. Mau PKL atau tidak saja masih belum pasti.

Dilema antara PKL dan tidak ini karena beberapa faktor. Yang pertama, saya baru tahu kalau pendaftaran PKL paling lambat dua hari kemudian. Itu juga taunya dari adik2 tingkat (yang kebetulan saya mampir ke kampus :p), yang saya lihat pada sibuk bawa-bawa map, ngurus transkrip, dan bukti pembayaran BNI. “Eh, itu bukti apaan sih?” Tanya saya. Kata mereka, “dana PKL mbak. Emang gak ikutan?” Hehe, jurus sakti nyengir gak keruan keluar lagi. Mungkin kalau tidak dilihat orang banyak, saya dah garuk-garuk kepala sambil mengernyitkan jidat.

Akhirnya saya iseng main ke ruang jurusan. Berharap dapat ilham. Ada yang tanya2 saya, bagusnya PKL di mana? Ada dua tawaran menanti teman saya, dia bingung. Satu di TVRI Palembang, satunya di Jakarta. “Bagusnya di mana ya Mbak?” Dengan gaya sok senior, saya kasih arahan begini begini, dan memutuskan untuk merekomendasikan TVRI Jakarta sebagai pilihan. Dan ditutup dengan senyum sambil berkata, “Jakarta kan Ibukota, dek. Mungkin untuk portfolio ada gunanya.” Dan saya ketahui dua hari setelahnya dia mengirimkan surat permohonan maaf karena tidak dapat PKL di TVRI Palembang.

Dalam hati, ketika itu, saya tertawa. Saya saja belum PKL, kok ya bisa-bisanya menasehati orang. Ayo, ci, pikirin. Mau PKL gak lo? Tengok kanan kiri, siapa tuh yang ngomong? Walah! Siaul. Bikin saya bingung! Tung tung tung tung tung… (kayak ikyu san).

Terus, alasan kedua, tempat PKL. Saya pinginnya keluar Lampung, karena saya kan orangnya enggak berani keluar kandang. Sumpyu. Nah, saya belum punya pegangan manapun, kecuali ada di beberapa tempat. Itupun sudah lama enggak saya konfirmasi. Terus, lebih jauh lagi, pingin ke luar negeri. Australia, atau Kuwait. Karena itu kalau bisa saya coba di luar Lampung. Biar terpacu. Kalau di sini, saya punya beberapa koneksi yang bisa membantu. (termasuk di tempat saya sekarang ini :D).

Terus, alasan ketiga, DUIT. Terpaksa pinjem mama lagi dah. Padahal dah niat, enggak mau pake duit mama. Kalau saya mau PKL di luar, gak mungkin sempat diurus dua hari ini. Yah, satu hari lah. Dana hidup di sana juga gak ada. Tapi kalau saya ambilnya bulan depan, mungkin saya masih bisa nabung.

*Tuing*

Sampai pikiran aneh mulai melanda (caelah! Bahasanya). Ci, katanya lo mau cepet selesain kuliah, katanya gak mau ngerepotin orangtua, katanya mau nikah muda? Lagian, katanya mau ngelanjut ke S2? Kalo lo gak mulai dari sekarang, kapan lagi?

Halagh! Bener juga, pikir saya. Setidaknya alasan tidak merepotkan orangtua menjadi alasan terkuat saya PKL saat ini. :-)

Yah, Ci. Semangat! Tuntaskan 250jam itu. (n_n).
(Depan computer PKL, Nusa Indah 11:29)

Sunday, July 01, 2007

Subhanallah! Wanita...

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan dengan kaum laki-laki (karna saya yakin Allah menciptakan keduanya dengan proporsi yang sempurna), lihat betapa beruntungnya menjadi sosok wanita.

Teruntuk kepada semua wanita yang merasa rendah diri dan tidak mensyukuri dirinya adalah wanita, baca artikel berikut.

Ada yang bilang, menjadi wanita Islam sungguh SULIT, karena KEBEBASAN-nya TERKEKANG. Menurut mereka:
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga berbanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kpd suaminya tetapi suami tak perlu taat pd isterinya.
7. talak terletak di tgn suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dlm beribadat karena masalah haid dan nifas yg tak ada pada lelaki.

Makanya mereka tidak lelah-lelahnya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM", "BERIKAN KEBEBASAN PEREMPUAN", "KEBEBASAN adalah bagian dari HAK ASASI PEREMPUAN".

Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)? Benda yg mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yg teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan?

Itulah bandingannya dgn seorg wanita. Wanita perlu taat kpd suami tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, manakala lelaki menerima pusaka perlu menggunakan hartanya utk isteri dan anak-anak.

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya.

Manakala seorang wanita pula, tanggungjawab terhadapnya ditanggung oleh 4 org lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

Seorang wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui mana mana pintu Syurga yg disukainya cukup dgn 4 syarat saja: Sembahyang 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat suaminya, dan menjaga kehormatannya.

Seorg lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH akan turut menerima pahala seperti pahala org pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Subhanallah, demikian sayangnya ALLAH pada wanita, kan?

Dunia itu Mimpi

Sesungguhnya dunia itu mimpi. Di akhiratlah terbangunnya.
Kematian memperantarainya. Kita adalah kumpulan bunga-bunga mimpi.

Barangsiapa menghisab dirinya akan untung dan barangsiapa yang lalai akan merugi.
Barangsiapa memperhatikan kesudahan hidup ini maka ia akan selamat.
Dan barangsiapa mengikuti hawa nafsunya maka ia akan tersesat.

Barangsiapa berlembut hati akan mendapat untung.
Barangsiapa mengambil pelajaran maka ia akan bisa melihat.
Barangsiapa melihat maka akan paham.
Barangsiapa mengetahui maka ia akan mengamalkan.

Maka bila engkau tergelincir segeralah kembali.
Bila engkau menyesal segera lepas penyesalan itu.
Bila engkau tak mengerti maka bertanyalah.
Bila engkau marah, tahanlah.

Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik amal adalah yang jiwamu berat melakukannya.

(Hasan Al Basri)

Thursday, June 07, 2007

Feels Like Home

Suatu hari saya sengaja tidak membawa motor. Berbekal ongkos tidak seberapa, saya berangkat dengan segala resikonya. Dengan membaca basmalah dan ayat kursi, berharap perjalanan saya ini membawa hikmah. Bagi sebagian orang, mungkin perjalanan ini biasa. Tapi tidak bagi saya. Menyusuri kota dengan berjalan kaki, yang tadinya tubuh dimanjakan dengan kemudahan kendaraan selama beberapa lama, bukanlah sesuatu yang mudah.

Ayo, Ci, you have to be strong. Lawan lemahnya dirimu. Ayo Lawan... Lawan...
Kalimat itu terus-terusan terngiang di kepala. Kalau saya tidak keluar dan berusaha lepas dari semua kemanjaan, yang ada adalah saya akan terus-terusan sakit. Sempat beberapa waktu saya menjadi orang yang begitu tidak berperasaan, tidak peduli akan lingkungan sekitar, serta masa bodo dengan segala keadaan. Banyak sahabat yang sms, tidak saya balas karena kebetulan pulsa pun habis.

Tas selempang yang saya bawa hanya berisikan uang, botol minum, tissue, buku coklat favorit+alat tulis, dan hape+flashdisknya. Sewaktu menunggu bis di perempatan taman, udara masih tenang. Polusi belum banyak. maklum saja, saya pergi pagi-pagi. Tak lama kemudian, bis pun muncul juga. Dan seperti biasa juga, saya memilih duduk di paling depan dekat jendela samping pak supir. Kalau tiba-tiba ramai kan, bisa aman, pikir saya.

Awalnya tujuan saya pergi memang untuk menyusuri kota. Turun di Bambu Kuning, dan inilah awal perjalanan saya.

(Tunggu tulisan selanjutnya)

Monday, May 28, 2007

Sesuatu Itu Disebut Ideologi

Assalamu’alaikum fren! Kali ini saya akan membicarakan sesuatu yang masih dianggap banyak orang sebagai istilah berat. Apa itu? Ya, sesuatu itu disebut IDEOLOGI.

Fren, banyak orang yang mengaku dirinya berideologi ini itu, namun dia tidak paham akan ideologi itu sendiri. Kondisi seperti menurut saya, sama halnya seperti bernama tapi tidak tahu makna namanya. Ada pepatah mengatakan, apalah arti sebuah nama. Kalau saya sih, sebaliknya, nama itu benar2 penting! Karena yang memberi nama adalah orang tua. Bahkan mungkin sampai pikir pusing 77kali dulu baru bisa menemukan nama yang cocok. Yang lebih utama lagi, nama adalah doa dan penggambaran harapan terhadap hidup si anak.

Seperti Ibnu Sina yang mengatakan, “Tanpa Definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep.” Menurut beliau hal ini sama pentingnya dengan silogisme (baca: logika berfikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat. Begitu pula ketika seseorang mengaku dirinya ber-ideologi, maka dia harus tahu apa itu ideologi, dan paham akan ideologi yang dianutnya.

Saya pernah ngobrol sama teman saya. Mereka bilang, “ngapain sih Ci, mikir kok berat-berat banget! Yang penting tuh, sekarang kita beresin dulu sholat kita. Yang penting kita puasa, jujur, amanah, ‘n bisa dipercaya. Dikasih tanggung jawab, jalan. Dikasih kepercayaan, dipegang. Itu dulu... Gak perlu deh sampe mikir kita musti berideologikan ini itu. Wong kita ngurusin diri sendiri aja repot, boro2 mau ngurusin yang laen. Mana kepikiran yang begituan. Dah deh, sekarang yang penting niatnya. Titik.”

Ungkapan panjang lebar teman saya itu membuat saya diam. Bukannya tidak bisa menanggapi. Tapi justru karena kepala langsung jadi pening, ngebayangin betapa banyaknya manusia yang ada di bumi ini dengan cara berpikir seperti itu.

Padahal, Allah menciptakan manusia juga sebagai khalifah untuk menyampaikan ayat-ayatnya. Untuk saling mengingatkan di saat apapun juga. Ada teman ditimpa musibah, kita ingatkan untuk bersabar. Ada teman dapat rezeki, kita ingatkan untuk bersyukur. Begitu pula sebaliknya. Kita yang khilaf, maka kitapun mengharapkan ada teman yang dapat mengingatkan. Betapa Maha Adilnya Allah, kan? So, bukan sekedar egois memikirkan diri kita sendiri. Ya, sampaikanlah walau satu ayat. Saya betul-betul tidak habis pikir pada orang2 yang bilang, “duh, gw gak pantes buat ngajarin ini itu. Boro2 deh mau jadi tutor. Ilmu gw aja masih minim. Kelakuan gw aja masih gini.” So, what will you do, friend? Tidak bersyukurkah manusia atas ilmu yang telah diberikan-Nya? Mau sampai kapanpun, ilmu itu tidak akan pernah habis. Bahkan di saat kita menghadapi maut sekalipun, tua sekalipun, atau berumur 100 tahun sekalipun. Kalau berpikir seperti itu terus, kapan dakwahnya?

Cara berpikir linear seperti itulah yang membuat Islam melemah! Yang patut diingat, Islam bukanlah sekedar mengurusi ritus ibadah saja. Bukan sekadar mengurusi sholat, puasa, dzikir. Islam adalah Ideologi. Mabda. Rahmatan lil ‘alamin. Mengatur segala sesuatu, dari yang besar, hingga hal kecil sekalipun. Tak ada yang luput dari aturan-Nya. Itulah mengapa setiap manusia penting untuk berideologi. Karena ideologi/mabda adalah visi yang komprehensif, sebagai cara memandang sesuatu, kumpulan ide2 atau pemikiran, merupakan akidah yang sampai melalui proses berpikir, yang melahirkan aturan2 dalam kehidupan. Mencakup keseluruhan, manusia, alam semesta, ataupun kehidupan. Baik sebelum dan sesudah manusia dilahirkan. (lihat definisi lain tentang ideologi).

Kadang saya miris juga, masih banyak orang yang menganggap istilah ideologi terlalu berat. Hm, kalau begitu oke, janganlah kita pakai istilah ideologi. Coba pakai istilah aturan hidup, pandangan hidup, hukum dari segala perbuatan kita. Sama tidak? Kapan ya, kita bisa membiasakan diri untuk menyebut, I-DE-O-LO-GI? Dan dengan wajah ceria, karena kita beruntung bisa berkata, “ideologi saya Islam, lho!”.

Tapi ingat fren, ketika kita sudah berkata “saya berideologikan Islam!” maka ada konsekuensi yang mengikuti kita, yaitu bagaimana upaya kita untuk selalu berhukum hanya dengan hukum-Nya. Dan Insya Allah jika niat kita tulus, maka Allah pun akan memudahkan jalan kita untuk melaluinya, ya kan? (n_n). Betapa hukum Allah itu sempurna ya. Masih ingat, kan, bahwa ketika manusia sudah berniat baik, maka Allah memerintahkan malaikat untuk mencatat amal baik, dan ketika melaksanakannya, maka catatan amal baik pun bertambah. Tapi ketika manusia berniat jahat, Allah memerintahkan malaikat untuk menangguhkan catatannya dan baru mencatatnya ketika manusia benar-benar melakukannya. Dan ketika manusia melakukan kesalahan pun, Allah masih membuka pintu taubat selama manusia tidak berada dalam kondisi sekarat. Subhanallah, keren, kan! (Eh, tapi siapa yang tau yah kapan kita sekaratnya?).

Firman Allah QS. Al Baqarah 2:208

“Hai orang2 yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah2 setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Tidak berat, kan berideologikan Islam? Insya Allah, Allah pasti nunjukkin jalan-Nya kepada hamba-Nya yang berusaha. ~_n. Saling doain ya Fren! Karena saya juga masih belajar. Wassalam.

Salahkah Berubah?

Tu pertanyaan tiba2 aja muncul dan mencuat di kepala tatkala seorang teman berkata, "we 've lost you".

Fren, bagi gw saat ini, perubahan adalah sesuatu yang penting. Yang kudu dilakuin. Kadang sedih juga, ketika kita mengharapkan sahabat kita agar berubah lebih baik, tapi dia malah ngomong, "apa urusan lo?".

Gw kangen dengan sahabat gw. Yang dulu menjadi teman bercerita, ketika sedih gw ngadu sama dia. Ketika seneng gw selalu ajak dia. Di segala kondisi pun gw selalu mengharapkan dan berdoa agar dia terus berubah menjadi lebih baik. Dan suatu ketika, gw harus kehilangan itu. Gw sadar kalau perbuatan gw salah. Dan gw pun nangis setelahnya.

Pernyataan di atas itulah yang buat gw nangis. Tapi dari situ gw jadi mikir, merenung, menyendiri sejenak. Dalem ati gw, bener banget temen gw itu. Karena ketika berubah dulu, gw sempet berpikir bahwa bakal ada kejadian seperti ini. Dan ternyata terbukti.

Seminggu pasca gw hijrah, temen gw sms, "dan mereka2 yang mencintai Allah pula-lah yang akan dekat dengan kita." Dan kata2 itulah yang membuat gw kuat.

Walaupun demikian, bagi semua orang yang merasa kehilangan seorang Uchy, gw cuma bisa bilang, "percayalah, saya sebaliknya. Saya tidak pernah merasa kehilangan kalian, karena kalian ada di hati saya selamanya."

Friday, May 25, 2007

Cerbung: Air Mata Sahabat

"Ci, Sini dong. Mau curhat niy..."

Weleh-weleh... situ yang mau curhat, kok gw yang disuruh dateng. Tapi mengingat daripada dosa tali silaturahim putus karena hal sepele, jadi gw datengin temen gw itu. Pasang muka ramah, muka kasihan, tiba-tiba gw berkata, “ada apa honey? Pengen cerita? Tentang siapa? Si Ikhwan itu lagi? Tau gak, sebaiknya kita gak usah ngomongin dia lagi yah. Gak baek. Nyiksa diri sendiri. Ngabisin waktu. Mending kita makan es krim di kampung baru. Yuk! Murah kok. Harganya cuma 1500. Rasa kayak es krim restoran. Yuk!” Gw gandeng tangan dia. Temen gw bengong ngeliat reaksi gw. Hehe, syukurin! Biar aer mata lo masuk lagi, pikir gw. Dia ngikut aja kemana mau gw. Lalu dengan tampang begonya, dia nanya, “kok tanggepan lo gitu banget siy, ci..” Gw liat muka dia. Yah, yaaaaaah! Kok malah makin parah nangisnya. Sambil ngebuang napas panjang, gw berenti. Kami akhirnya duduk di pinggiran jalan. Gak peduli orang-orang pada heran ngeliatin dia nangis.

-break dulu- Fren, tau gak? Temen gw emang hobi nangis. Bentar-bentar nangis. Bahagia nangis. Sedih juga nangis. Pokoknya wajar deh kalo dia sekarang nangis. Kemaren aja, sepele siy, gara-gara gw salah nyebut nama ikhwan yang dia kagumin, eh, dia nangis. Bilangin gw tega lah, bilangin gw ternyata gak perhatian lah. Pokoknya ribet dah! –end of break-

Gw specchless fren. Gak tau mesti ngomong gimana. Emang siy, manusia dianugerahi perasaan suka ama lawan jenis. Tapi gak segininya, kali! “Ci.. hiks! Dia tega banget ama gw. Hiks! Dia gak bales sms gw. Dia bilang kalo gw niy cewek yang sebaiknya bebenah diri dulu. Mantepin dulu agama gw. Hiks! Dia jahat ci..” Akhirnya dia bercerita. Fiuh! Sambil narik dia ke tempat yang lebih aman, karena gak berapa lama, makin banyak orang yang ngerubungin kami. Dah kayak artis deh! Setelah dapet tempat pas. Di bawah pohon rindang, daun-daun berguguran. Kicau burung ber... ah! Apaan seh. Dramatisir banget. Wong cuma tempat di bawah pohon pete kok. Mana panas terik lagi.

“Say, tuh elo tau kalo tuh Ikhwan jahat. Udah, makanya lupain aja. Ngapain siy? Ya, gw bukannya gak mau dengerin lo ngomong (padahal iya!). Tapi gw cuma kasian liat lo. Yang dikit-dikit nangis, dia begini lah. Dia begitu lah. Kan sayang pahala lo lari ke dia semua. Pahala gw juga ngikut. Jodoh tuh di tangan Allah. Mendingan juga lo dengerin tuh Ikhwan. Kayaknya bener deh. Jaga dong imej lo sebagai cewek.” Panjang lebar gw ngoceh. Temen gw akhirnya diem.
“Selama ini gw curhat ama lo, ci. Kan lo tau kenapa gw ngelakuin hal ini.”

“Iya, tapi bukan berarti lo ngiba-ngiba kayak gitu dong! Seharusnya kan cowok yang mulai.” Dalem hati gw ngumpat tuh cowok. Dasar munafik lo! Suatu saat gw bakalan bongkar topeng lo.

-break dulu- Fren, pasti lo pada bingung ama cerita gw. Beneran gak siy ada kejadian kayak gini? Trus, kok bisa cewek itu ngiba-ngiba ama seorang ikhwan? Topeng apaan siy? Yang jelas fren, gw pengen elo ngambil hikmahnya aja. –end of break-

Temen gw berusaha buat nahan tangisnya. Sesekali dia narik nafas panjang, walaupun masih sesegukan. Gw inget gw bawa tissue super wangi gw. Gw kasih ke dia. “Makasih, Ci. Tissuenya wangi. Elo emang sohib gw, deh.” Gw ikut senyum ngeliat senyum dia. Jarang-jarang gw liat senyum dia semanis ini. Apa gara-gara tissue gw kali ya? Hihi. Yang jelas, walaupun gw gak tau endingnya kayak mana. Gw ngerasa tenang sekarang.

to be continued...

Friday, May 04, 2007

Happy Milad to My MOM!


Ayuk Libert (left), My Mom, and me (Middle).

24 April 1963 - 2007 (44 tahun).

UHIBBUKA FILLAH! Mom... n_n

Doaku sepanjang tarikan nafas.
Untuk kasih sayangmu yang takkan terbalas.
Demi cintaku pada-Nya, takkan kubiarkan airmata lukamu membekas.
Tiada bakti yang berarti, tanpa ridho Ilahi.
Betapa banyak dosaku, betapa sedikit rasa santunku.

Ampunku pada Allah. Semoga Ia memberikan kesehatan, baik jiwa dan raga kepada mama. Senantiasa memberikan ketegaran dalam menghadapi cobaan dan tekanan. Diberikan rizki yang halal. Diberikan kemudahan dalam menjalani dan menghadapi anak-anak mama ini :).

dan yang terutama... Semoga mama terus berusaha menjadi Istri yang Sholehah. Amin!

Mom, you're the greatest leader at our home, sweet jannah! n_n

Tuesday, May 01, 2007

Antitesa Fitrah

(Kutipan dari tulisan di diari kenangan dan unek-unek pikiran)

Di ujung petang di sebuah ruangan luas namun sempit. Ramai namun sepi.

Keadaan ekonomi makin semrawut. Pengangguran makin banyak karena lulusan universitas tak bisa mendapat pekerjaan secara langsung, dan bahkan pihak kampuspun tidak bisa menjamin lulusannya mampu mempertanggungjawabkan nilai-nilianya.

Saat menjadi mahasiswa, yang berkitaran di kepala hanyalah kata ‘idealisme’ yang musti ‘diperjuangkan dan diraih’. Karna itu mau tak mau banyak orang yang berusaha untuk mencari tau dan sok tau akan makna idealis.

Sama bodohnya dengan mereka! Orang-orang yang mengaku berideologis sosialis, tapi planga-plongo ketika ditanya apa itu ideologi. Ada lagi yang mengaku antikapitalis, tapi pakai baju merek prada, sepatu nike, dan tiap bulan bolak balik luar negeri dengan alasan menghemat cari barang murah gak buat sakit dompet. Ada juga yang ngakunya cinta alam, tapi teriak-teriak serampangan, buang puntung rokok sembarangan, mabok-mabokan, bahkan buang karet bekas sampah lengket gak kenal juntrungan! Yang lebih bodoh lagi, ngaku Islam tapi sholat aja enggan, perilaku di luar al-Quran, pemikiran sekuler dengan alasan toleransi beragama. Sucks!

Kemuakanku tidak berhenti sampai di situ. Kegeraman tidak bisa reda, sampai-sampai gigi geraham atas menyatu dengan yang bawah. Tangan mengepal, menahan emosi atas orang-orang berpikiran setan. Mereka tertawa, tanpa peduli ada yang sakit hati di ujung sana. Mereka menggebrak meja –sambil terus tertawa- mengejek orang-orang yang berusaha mencari jati diri dan mencapai puncak pengetahuan tentang Tuhan. Mereka terus-terus-terus tertawa hingga air mata keluar dari mata merah berkepala tanduk makhluk berapi. Mereka gitar-gitaran, terus, sambil mengepul-ngepulkan asap rokok yang sama sekali tiada harum baunya dan menyesakkan dada dan kepala, seperti tidak mendengar suara adzan berkumandang, hingga adzan berikutnya. Ketika diperingatkan, mereka malah bilang, "cari iman jangan di sini!"

Dan mereka terus beringasan! Merasa bangga bersahabat erat dengan dosa. Bahkan kebo di sawah pun lebih pintar, jika lelah mereka beristirahat, duduk, diam, tenang, dan berdzikir. Tapi mereka tidak! Terus saja mencaci, menghardik, mengatai, seakan tidak sadar bahwa tubuh dan mulut-mulut itu suatu saat akan mati terkunci, untuk kemudian hidup kembali.

Suatu saat, keadaan akan berbalik. Dimana mereka akan diam seribu bahasa, dan sadar bahwa mereka bukanlah apa-apa. Kemudian menangis menyesali dosa. Bertobat. Memohon ampun atas segala dosa dan khilaf. Menuntut ampun dan maaf. []

-pertengahan April-

Pucing...

Ada teman yang mengingatkan gw akan pentingnya tanggungjawab, thanks fren...

Pusing juga yah, ketika kita dobel tanggungjawab! Untung aja tempo hari gw gak 'ngambil resiko' dengan konsekuensi bakal punya tanggungjawab lebih, kepada Tuhan dan seseorang itu. Hgh! Karena buktinya, baru aja dikasih kepercayaan ama keluarga untuk 'ngantor', tapi beberapa kali aja gw langgar. Kemaren aja gw pulang malem lagi. Emang siy dari Metro, ada urusan dunia percetakan dan desain, tapi gw jadi batal 'ngantor' lagi.

Tapi gw percaya, gw masih bisa ngebuktiin ama keluarga, kalo gw bisa kuliah, berorganisasi, dakwah, n sekaligus 'ngantor'! :).

Waktu pun lewat tanpa permisi. Tau-tau kita musti dihadapkan pada tanggungjawab yang gak pernah kita duga sebelumnya. GOD, You have to help me for this. Serius deh, kayaknya enakan jadi anak kecil. Kalo kita kerja gak beres, paling dimarahin ama orangtua.

(it's all about the 'sumthing you cannot understand 'till the end of time')

-Sigh, sampe kapan gw bisa menyelesaikan ini...-
-is there anyone can help me out?-



Tuesday, April 24, 2007

Lelah

(Sekadar mengatasi kerinduan orang2)

Lagi iseng maen internet di rumah. Nyambi kerjaan layout buku tahunan yang gak kunjung kelar. Sambil mengingat-ingat badan semalam meriang, ditemani sms gak penting dari seseorang yang berharap gak dikenal. Hgh! Gw L-E-L-A-H fren. Hampir saban hari diri gw depresi sejak peristiwa (tuuuuut! sensor dah!). Menyebalkan. Kalo inget tu peristiwa, ingin rasanya membanting semua benda tanpa orang tau bahwa kita pernah ada.

Ini adalah bukti, bahwa kamuflase lebih dipercaya dibandingkan realita. Dan manusia seenaknya saja merasa bisa mengatur dan mengubah hidup seseorang, 'lo bisa jadi apa yang gw mau'. Seseorang berpakaian gembel dan urak urakan dianggap seseorang yang berpendidikan rendah dan berperilaku kurang ajar. Sementara orang berpakaian necis berdasi mulutnya lebih dipercaya ketimbang orang bersandal jepit kotor. Dan orang bercelana ngatung lebih dianggap alim dibanding orang berjins robek. *sucks.

Intinya fren, gw percaya, manusia bisa mengubah sesuatu dengan semudah membalikkan telapak tangan itu karena keegoisannya.

**
Sedari tadi koneksi internet lumayan cepet. Tapi sebaliknya, koneksi otak gw begitu lambat. Sampai ketika dateng sms dari 'Bulan Merah' yang isinya, "Sobat, ada apakah kiranya? Maukah dirimu mengadu?"

Sahabat memang tau ketika kita sedang ada apa-apa.

Tuesday, April 03, 2007

Cinta dan Benci karena-Nya

Pasca Reuni Akbar Teknokra tanggal 31 Maret kemaren, badan dan pikiran rasanya legaaaa banget! Setidaknya acara berjalan lumayan sukses. Walaupun ada beberapa hal yang buat kita semua sedih pas acara. *inget itu, jadi pengen nangis lagi*. Pokoknya, di reuni, gw belajar satu hal, 'betapa kenangan itu indah banget!'.

Ngeliat alumni bisa ketemuan setelah pisah ampir sepuluh tahun, ngeliat alumni yg tadinya gak ke-detect dateng, tau alumni puas dengan acaranya, gw gak kebayang pas gw jadi alumni nanti. :'(. Perpisahan emang pahit fren. Makanya ketika kita emang niat pisah, tuh karena dasar dan alasan baik2. So, ketika suatu saat, wallahu alam, bisa ketemu lagi, yang ada adalah rasa seneng pas ketemu. Tapi kalo pisahnya pake dendem, pasti kita tambah sedih deh.

==
Mumpung nih napas masih ada di badan gw, yang dikasih sama Allah Maha Penyayang, gw gakkan lagi nyia-nyiain kenangan indah bareng sahabat2 gw. Walaupun cuma ada di ati. Tadi, waktu baru kelar kuliah, gw ngobrol ama Devon, kakak tingkat gw tuh. Tapi dia dah register masuk angkatan bawah deh kayaknya, hehe. Dia bilang, "Ci, bener gak sih pepatah ngomong kalo di hati ada rasa benci ama seseorang, maka semua kebaikan yg ada di dirinya gak bisa keliatan. Sebaliknya juga, kalo ada rasa cinta, keburukannya gak kan kita liat?" Jadi gw tanya, "jadi yang ada di diri lo sekarang rasa benci apa cinta?" Dia dengan lugasnya bilang, "CINTA!"

Von, Devon, enak banget sih lu. Punya rasa cinta segitunya. Sahabat gw pernah bilang, "Ci, kita boleh cinta dan benci sama seseorang tuh karena Allah." Abis denger dia ngomong tuh, gw mikir, apa iya selama niy gw cinta dan benci sama orang tuh karena-Nya? Seandainya enggak, Ya Allah, alangkah zalimnya... :'(

Monday, March 26, 2007

Si Mata Celepuk

“Eh, Celepuk! Apa kabarnya? Sombong aja nih...”

Duwh, kayaknya dah lama bener denger istilah itu. CELEPUK. Alias, burung hantu. Kalo siang tidur, kalo malem kelayapan. Enak aja nih orang, pikir gw. Maen seenak udelnya manggil gw Celepuk. Emang gw kayak gitu tah?


Usut punya usut, ternyata emang iya! Gw dulu kayak gitu. Namanya juga temen lama, yang dah gak pernah lagi bertegur sapa. Jadi, pas ketemu, ya, negornya memori lama, lah. *Fren, elo gak ap-tu-det banget sih!* Celepuk tuh, dah ilang dari ingetan gw. Dan gw pengen ngapusnya sama sekali. Soalnya, ya, gak pantes lah, seorang cewek, feminin, imut bin ajaib ini gitu loh, malem-malem kelayapan. Lagian, gw gak ada sayap loh.. (ssst, rahasia! Kebanyakan orang taunya kalo gw nih cewek bersayap kuning!)


Tapi pas gw ngaca, ternyata mata gw emang berkubil gede! Persis kayak orang belum tidur seminggu. Wah, gw kucek-kucek tuh mata. Kok, kagak ngilang-ngilang yak? Ugh! Pantesan aja tuh temen gw manggil gw celepuk! Bukannya karena gw sering pulang malem, tapi karena mata gw yang kubilnya gede gak ketulungan!
Hehe, gw jadi ketawa sendiri. Mau gw kompres seharian, sembebnya mata gw gak kan ilang! Gak bakalan kempes. Kalo mata gw karet iya juga, tinggal gw tusuk pake jarum pentul, pesssss. Kempes deh. Lai, lai... bagi pompanya dong! Gw pengen mompa mata gw. Biar jadi guedeeeee banget! Biarin orang tau kalo mata gw sembeb. Biarin Mike Tyson tau kalo dia ada lawannya, yang lagi ada di ujung Sumatra Indonesia. Biar celepuk tau kalo dia ada saingan! (Emang dia aja yang matanya gede).

“Kenapa sih lo?” Kemaren ada yang tanya gitu sama gw. Busyet dah! Setelah gw nengok, kawan gw yang gak penting itu negor gw. Tumben lo, dalem ati gw. Yah, mungkin karena tau, dia tanya lagi, “Ci! Kenapa sih loooooo?” Yang akhirnya cuma gw tanggepin dengan nyengir dingin, au ah!

Satu per satu, orang-orang pada pergi. Setelah aksi cuek bebek gw, yang mungkin mereka pada gak nahaaaan... Hihihi, asyik juga yah nyuekin orang. Dah ah, bodo, pikir gw. Gw lagi asyik ama kecuekan gw nih fren.*

*Akhir dari sebuah cerita fiksi.

Egoiskah?

Banyak orang menilai, kalo gw tuh egois. Pengennya menang terus. Pernah gw bertanya, “bisa gak kalian tunjukkin ke gw, di mana letak keegoisan gw?” Dan ini sederet jawaban mereka.

1) Setiap kali berpendapat, pendapat gw selalu ‘mengarahkan’ ke arah yang gw mau. Tanpa peduli jawaban gw bener atau salah menurut mereka. 2) Setiap kali ngomong, gw selalu pengen didengerin. Tapi giliran orang lain yang ngomong, gw sibuk baca buku. 3) Setiap kali janji, gw bisa seenaknya aja ngelanggar. Tapi setiap orang yang ngebatalin janji dengan gw, gw bisa marah sampe tiga hari! 4) Setiap kali gw bilang ama orang, “tahan emosi!” Setiap kali gw ada masalah juga gw nangis dan marah.

Dan masih banyak keegoisan yang mereka sebutkan, hingga kepala gw pusing mendengarkan suara mereka. Bagaikan slow motion di film-film. Kepala gw muter-muter entah kemana. Yang tampak cuma gerakan bibir mereka yang tidak terdengar suaranya, dengan raut wajah yang seolah menghakimi.

Tapi bagi gw, jawaban mereka adalah sesuatu yang masih bisa gw bela. Gw masih punya alasan untuk menolak semuanya. Satu hal yang gak bisa gw bantah, yaitu K-E-E-G-O-I-S-A-N gw kepada Allah. Allah SWT dah ngasih gw umur, kesehatan, rezeki, bahkan sahabat untuk menemani dan berbagi kasih. Tapi, gw EGOIS dengan tidak mempedulikannya sama sekali. Beberapa hari yang lalu, gw SAKIT. Tapi sepanjang hari gw ngeluh karena sering gak tahan menahan sakit. Bulan lalu gw mendapat REZEKI yang cukup lumayan dari hasil kerja gw. Tapi belum sedikitpun gw sedekahin ke kaum yang membutuhkan. Bertahun-tahun lalu, berbulan-bulan lalu, berhari-hari, bahkan sejam yang lalu, Allah dah ngasih gw SAHABAT buat gw berbagi cerita, kasih, serta duka yang gw alami. Tapi semua gw sia-siakan. Gw diam seribu bahasa di depan mereka. Fren, gw gak bisa ngomong. Yang bisa gw kasih ke kalian hanyalah menunjukkan betapa EGOISnya gw kepada semua hal! Gw gak tau sampai kapan hal ini bakal terjadi sama gw.

Ada pepatah mengatakan, “kita baru merasa memiliki sesuatu, ketika kita kehilangan sesuatu itu.” Dan gw harap, gw gak sampai sejauh itu.

-ujung 69-
20 Maret 2007

Pilihan

I’ve become tired of wasting my time.
Thinking ‘bout choices that i’ve made.
‘Cause i can’t move forward while looking behind.
The only thing I can do now is change the way that i used to be.
‘Cause now it seems crystal clear to me.

(More Than Memory - Hoobastank)


Salah satu lirik lagu favorit gw. Iramanya juga enak didenger dikala hati lagi bad mood. Friend, the lyrics are so deep! Pilihan ada di tangan gw. Selebihnya, terserah Tuhan mau ngizinin apa gak. Pilihan-pilihan itu betebaran di depan mata gw. Melayang-layang mengitari kepala gw. Gw gak bisa stagnan gini aja. Gw harus gerak, g-e-r-a-k. Walau dengan susah payah. You know what, kadang gw mati rasa. Ketika ada sesuatu yang menghantam kepala gw dengan begitu kerasnya, gw masih bisa santai duduk dengan tenangnya. Sambil mulut mengunyah permen karet, sebagai tanda gw gak peduli dengan sekitar. Tapi, cuma mulut gw aja yang bisa gerak. Tapi tangan, kaki, badan gw diam sama sekali. Sesuatu itu menghantam lagi. Yang kedua kali. Lebih keras dari yang pertama. Dan badan gw dengan santainya masih bergeming. Bahkan mulut gw gak cuma ngunyah aja, tapi juga senyum ketus, ‘mau apa sih sesuatu itu. Pake nyenggol-nyenggol badan gw segala’.

Ugh! Manusia kepala batu! Apa iya gw kayak gitu? Gw capek ngabisin waktu, buang-buang waktu gw dengan sia-sia dan hanya sekedar bertanya, ‘apa sih?’. Pilihan-pilihan itu masih berkitaran. Melayang-layang mengelilingi kepala gw. Seketika, ada sebuah kekuatan yang mendorong gw untuk memilih dan mengambil pilihan itu. Plik! Gotcha! Gw dah ada pilihan. Dan saat ini pilihan itu dah ada di tangan gw. Gw pandangin tuh pilihan, gw bolak balik. Bener gak nih yang gw pilih? Apa gw taro lagi di kitaran kepala gw, dan memilih yang laennya?

Sampai akhirnya, gw memutuskan untuk meletakkan kembali pilihan itu. Karena gw merasa gw harus adil pada semua pilihan yang tersedia. Gw kembali duduk dengan tenang. Kali ini tidak dengan diam. Tapi justru membuat semua pilihan yang berkeliling di kepala gw tadi menjadi terseleksi dengan sendirinya.

Gosh. Suatu saat, gw HARUS mengambilnya. Sampai gw yakin bahwa gw bener-bener siap. Dan Hanya Kau-lah yang bisa menunjukkannya, Tuhan.

-Ujung 69 / 19 Maret 2007 / 22:19 WIB

Cermin di Dinding

Kemaren gw beli cermin baru. Soalnya cermin yang lama dah pecah, sampe sulit banget untuk diperbaiki. Setiap kali gw berkaca, retakan satu nongol. Esoknya, retakannya tambah parah. Hingga terakhir gw berkaca, cermin tuh hancur lebur, praaaaang! Pecah gak ketulungan.

Selama seminggu, sebulan, bahkan setahun tuh cermin gw biarin gitu aja. Gw males buat berusaha ngebenerinnya. Sampe suatu ketika, salah satu retakannya gw ambil, dan gw liat ada noda darah di ujungnya. Yup! Itu darah tangan gw sendiri. Bekas yang lalu belum ilang juga. Gw liat kondisi tangan gw, bahkan dari dulu sampe sekarang tangan gw gak sakit dan gak ngalamin apa-apa. Kenapa nodanya bisa membekas? Sama seperti dua hari yang lalu, ketika gw mendapati bantal gw basah air mata, tapi gw gak ngerasa setetes airpun keluar dari mata gw.

Itu yang gw alamin selama ini fren. Gw dah buat darah, noda, dan sakit di hati dan tubuh orang lain. Tapi di diri gw sendiri, gak ngerasa apa-apa. Gw gak sadar ngelakuinnya. Seperti gak sadarnya gw memecahkan cermin dan membasahi bantal tadi.


Fren, apa ini tandanya gw orang yang gak tau diri? Apa cuma gw aja yang ngerasa kayak gini? Gw bener-bener gak tau fren. Gw jadi teringat kejadian tahun lalu. Ketika seseorang ngomong ama gw, “saya sakit hati, ci!” Tapi gw bengong. Gw gak tau kenapa gw bisa buat dia sakit hati. Dia gak ngejelasinnya. Dia pergi dengan amarah yang tertinggal. Tapi tetep aja, gw gak bisa ngerasa itu.


==

Cermin baru itu menunggu untuk gw tengok. Tapi gw terlalu takut untuk memecahkannya lagi. Cermin yang lama emang masih gw simpen, juga menunggu untuk gw perbaiki. Entah kapan. Gw cuma senyum aja ama tuh cermin. Gw liat, cermin itu masih aman di bungkusan plastik putih. Bau pabrikan masih kecium, pertanda barang baru dan murni. Gw yakin di dalemnya, cermin itu lebih baik daripada cermin yang gw pecahin sebelumnya.

Hingga suatu saat, gw bakal siap buat memajangnya. Dan dengan bangga bercermin kepadanya, sambil bertanya, “cermin cermin di dinding, siapakah gadis yang paling cantik di dunia?”


-19 Maret 2007. Ujung Telukbetung

Ke-eksisan Diri

UKPM Teknokra tidak akan mati, Insya Allah. Namun, hal itu membutuhkan kerja keras yang luar biasa. Suatu waktu pernah dikatakan, oleh seseorang yang berasal dari koran daerah saya (saya lupa siapa namanya, pen). “Yang namanya Pers Mahasiswa, sulit untuk berkembang. Karena setiap tahunnya berganti kepengurusan.”

Dan sejak Januari 2007 lalu, tongkat estafet telah berpindah dari Pemimpin Umum terdahulu, Yudi Nopriansyah, kepada Taufik Jamil Alfarau. Dengan bergantinya kepengurusan, secara otomatis, seluruh pengurus pun mengalami reshuffle. Termasuk saya. Tahun-tahun sebelumnya saya menjabat di Unit Kreatif selama hampir dua tahun, Artistik selama setengah tahun, dan setengah tahun lagi menjadi Redaktur Artistik. Tahun ini, saya dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Kesekretariatan.

Mungkin karena sebelumnya saya sering ditempatkan pada Seksi Kesekretariatan pada setiap kegiatan, maka jabatan itupun meluncur ke saya. Bukan hal yang mudah untuk memegang jabatan baru. Namun, bagi saya, justru itu tantangan terbesar bagi saya. Saya punya hobi untuk mendesain, walaupun dengan tenaga yang pas-pasan. Dan ketika berganti jabatan, otomatis waktu saya akan berkurang.

Saat ini, hingga besok-besok, tantangan terbesar saya adalah mentransfer seluruh ilmu yang telah saya dapatkan sewaktu saya menjabat sebagai layouter kepada adik-adik saya. Karena yang saya harapkan adalah, ketika saya sudah keluar dari Teknokra ini, saya bisa membantah omongan orang di atas. “Kau lihat? Kami bisa berkembang!” Semoga.

(18 Maret 2007)

Suara Tuhan Lewat Hujan

Kemaren ujan deres banget. Tapi gara-gara ujan juga, gw jadi ngerasa sebagai free woman, wanita yang bebas, karena jarang banget gw bisa maen ujan-ujanan sepuas hati kayak kemaren. Sambil bawa motor Jupiter kesayangan, sesekali ditegor ama kenek angkot yang ngeledekin, "dingin ya Mbak? Kasian deh!" Dan jarang-jarang juga gw nanggepin ledekan itu dengan ketawa, sambil ngomong ama tuh kenek, "lo belum pernah kena lempar sepatu yah?". Gw mutusin buat buka kaca helm gw. Selain gelep, gw pengen nikmatin muka gw ditabok2 ama aer ujan pemberian Tuhan.

Pas di Kedaton (Teuku Umar kayaknya), jalanan banjir ampe ngerendem setengah ban motor Jupiter kesayangan gw! Untung gak ngadat, walaupun ban motor kayak sering kepeleset. Gw setel di gigi 3, eh, gak kuat juga ngadepin banjir! Alhasil pindah ke gigi 2 deh... Ugh! Jilbab gw dah gak ketauan lagi mana yang keringnya, walaupun gw dah pake jas ujan.

DERES BANGET! Tapi pas jalan sampe rumah, kayak gak ujan. Orang2 masih di luar. Duh, pikir gw, dah jam berapa sekarang? Apa orang2 ini gak sholat tah? Apa jangan2 dah lewat waktu? Duh, otak gw makin gak keruan.

Sampe depan pintu rumah, ada Popo, brother gw satu2nya. Dia baru selesai sholat di ruang tamu. Alhamdulillah, ternyata masih sempet. Gw minta tolong Popo buat ngurusin motor, sementara gw ngurusin badan gw yang dah kayak kucing kecebur got. Ternyata jas ini gak mempan buat nahan ujan. Langsung mandi, sambil ketawa2 kecil, sadar kalo gw nih konyol banget!

GOD! Makasih ya Allah, hamba selamet sampe tujuan. Makasih dah dikasih kesempetan buat menikmati hujan-Mu yang luar biasa itu.

Abis sholat, gw makasih banget ama Allah. Dalem ati minta semoga papa maapin karna motornya dah gw ujan2nin, ampe kerendem segala. Tapi setidaknya gw lebih tenang. Walau menggigil, gw seneng. Dah lama gw gak menggigil kayak gini.

Inilah ritual penyembuhan batin gw. Dengan cara yang aneh, karena gw masih lemah dalam hal ilmu mengenali-Nya. Setiap ujan, gw berkata pada sahabat gw,

Mari rasakan dinginnya malam.
Serta uap tanah yang basah karenanya.
Sekalian menghidupkan tangis pada jiwa yang telah mati.
Apa kau dengar suara Tuhan?
Lewat alamlah Dia berkata.

===
Brothers and sisters, gw pengen cerita neh kenapa gw bisa keujanan kayak gitu.


Awalnya, Selasa pukul satu siang. Gw memutuskan dengan segenap hati untuk dateng ke organisasi gw, untuk lanjutan acara kemaren (yang di pantai Tanggamus) yang sempet pending. Mulainya emang jam satu, tapi saat itu juga gw berangkat dari rumah! Bawa si Jupiter, ngebut karena khawatir telatnya kelamaan. Sampe sana sekitar jam setengah dua kurang! Pas masuk, ngeliat Kak Ago n Towox lagi maen catur, Si Bobby lagi tidur (kayak anak kecil lu Bob :p), si Sri magang lagi ngetik struktur BEM suruhan Padkay, and Kak Donkay yang lagi ngetik entah tulisan apaan. Hm, siapa lagi yak? (Maaf deh kalo ada yang gw lupain. Soalnya muka-muka yang terekam di benak dan hati gw mungkin cuma mereka, hehe).

Gw inget gw belum nyiapin absensi. Minta izin Kak Donkay buat, "geser dulu ya Kak Doooon... Bentaaaar ajah! Mau ngeprint." Walaupun semestinya emang tuh komputer diutamain buat kepentingan organisasi dulu, tapi, that's fine lah. Cuma ngeprint selembar ini. Dah beres, Kak Don kembali ke laptop. Eh, salah, ke komputer. Tik tik tik...

Oiya, ada Edikay and Tukul juga. (Aneh2 yah namanya, ini dia keunikan organisasi gw. Kebanyakan marga Kay). Si Bobby dah bangun. Dia bilang, "eh, ada si Uchy ya?". Bob, bob... makanya jangan bobo aja. Gw dateng lu kagak tau. Kecewa. Jam dua tepat. Akhirnya acara lokakarya lanjutan di mulai. Satu, dua, tiga, cuma sebelas dari 61 orang yang dateng! Termasuk tiga magang. Huehehehe, muka gw dah aneh, senyum kecut, senyum kecewa. Kok cuma segini yang dateng. Lokakarya selesai jam setengah tiga, setelah sesi sosialisasi dan tanya jawab.

Selesai acara, gw iseng ngelanjutin baca buku pinjeman Tira, 'Dajjal Sudah Datang dari Khurasan'. Gara2 itu gw terlibat diskusi ama temen diskusi gw yang emang senengnya diskusi tentang apa aja yang bisa didiskusikan. Dialah Bobby n_n. Tapi karena gw sebenernya lagi gak minat ngobrol, jadi cuma setengah2 deh..

Si Bobby juga tanya, "gimana komputernya Chy? Dah beres?" Duh, Bob, why do you remind me about that?. It's the thing that makes me bored these several days. Especially it connected with Sekret's works. Honestly, I can't be alone, fella. I need friends, to share my complains. But, where are you, where are they, where am I?

I used to be alone...
But that’s fine my friend, I understand that you have a lot of works to do.
I’ll try to be independent as usuall as I can.
Just let me walking down the road, and I hope you’ll follow.
To erase my tears and pains.

(duo manusia)

*sore jam setengah lima*

Padkay n Nashrul ngambil duren (my lovely favorite food!) di tempatnya Ellie magang. Ada banyak. Tinggal makan, Dah dibukain. Padkay tanya, “makannya di luar apa di mana, Chy?” Gw bilang, “dalem aja Kay.” Sambil senyum2. “Oiya, gak enak ama tetangga.” Padkay bawa masuk tuh duren. And you know what? Gw gak beranjak dari tempat duduk gw! Biarkan saja mereka yang menikmati hidangan itu. Karena lidahku tlah kaku, dan hatiku pun tlah membisu.

Suara2 ketawa seneng dari belakang, ngebuat gw tambah miris. Gw gak bisa campur ke sana. GAK BISA! Gw lebih milih sendirian di sini. Tahan Chy, it’s just duren. Wajar kalo semua orang jadi hepi. “Wah Uchy ketinggalan,” kata Bobby. Seketika itu juga batin gw nangis.

*Jam enam kurang*

Satu persatu orang pada pulang. Gw mutusin buat nunggu bentar, karena gw mau magriban dulu. Eh, entah kenapa, gw juga pengen langsung pulang. Langit dah gelep. Mau ujan gede neh, pikir gw. Pulang, enggak, pulang, enggak, akhirnya, PULANG!

“Chy, mau nekat? Dah gelep,” kata Padkay sambil naekin motor dia. “Iya Kay.” Gw liat ke langit, asli mendung banget. Cuaca gak bersahabat. Mana mau Magrib. Rintik ujan dah kerasa di tangan gw. Gak lama, gw senyum2 sendirian. Gw seneng. Gw punya rencana GILA! Gw bakal tembus tuh ujan. Gw bakal tunjukkin ke orang-orang kalo gw gak kan kalah ama aer. Gw bakal... *wuik!* Gw gak tau apa alesan gw sebenernya...

Pake jas ujan. Sip! And the journey begins...

FIN

(Ujung 69)
25 Januari 2007





Thursday, February 15, 2007

Harapan

Tau gak? Apa yang lagi gw harapkan saat ini?

yaitu:
- Temen2 gw utuh. Mereka bisa ada terus di samping gw, di saat gw butuh mereka dan mereka butuh gw.
- Kuliah gw semester ini lancar. (Serius, gw masih ada kuliah bareng ama anak 2006).
- Tabungan gw meningkat. (Biasa, buat bantuin biaya... hehe :p)
- Kerjaan gw terselesaikan dengan baik.
- Kesabaran gw nambah. Emosi gw berkurang (marah, nangis, nonjok2kin tembok). Gaya gw ngurang (pecicilan dan petakilan).
- Adek2 gw, baik yang dah jadi pengurus, magang, calon magang, emang bener2 bisa bertahan di Teknokra. Bahagia kalo ngeliat mereka rame dateng. Walaupun gw cuma ngeliatin dari ruang keramat, denger suara mereka aja dah munculin semangat gw. Mungkin gw bukan kakak yang baik buat mereka, tapi mereka adalah adik2 yang baik buat gw. Semangat ya Dek! Allah tuh tidak akan membebankan kepada manusia melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Tapi kita butuh mengingatkan dan diingatkan. Termasuk saya yang gak ada apa2nya ini... :')

dan keluarga gw: mama, papa, kakak, adik, mbah kakung, mbah putri, om, tante, sepupu, mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Bisa menjalani agama dengan semestinya, sesuai dengan syara'. Bahagia kan, kalo nuansa Islami bisa mendarah daging dan teraplikasikan di kehidupan sehari2 kita... Semoga. Amin!

dan juga buat sahabat2 gw, I need you here. To fight together. Bantu gw untuk menguatkan diri gw.

--Keep Revolt!--

Stagnan

Ada yang tau arti stagnasi? Soalnya gw mengartikan stagnan itu adalah keadaan dimana kondisinya gitu2 saja. Dan hal inilah yang terjadi dengan diri gw. Baru beberapa bulan yang lalu, gw mendapatkan sesuatu yang begitu menggoyahkan hati gw yang bebel dan kebel dari nasehat manapun. Sehingga pada akhirnya gw berharap bisa merubah kondisi diri gw. Gw saat itu bertekad untuk REVOLUSI! *hoahm. Kok jadi ngantuk*

Hingga pada suatu ketika, gw mendapati diri gw di pinggir jurang. Yang ibaratnya kalo ada orang lewat, di towel dikit aja, gw bisa langsung masuk jurang. Atau bahkan angin semilirpun, bisa menjatuhkan diri gw buat nyemplung ke dalam jurang.

"Wah.. Wah.. Kenapa niy si Uch?" begitu ujar seorang sahabat. Dan yang gw lakukan adalah hanya tersenyum getir. *I can't explain it to you, pal :( * Sampe sahabat gw tuh mengernyitkan dahinya sebagai tanda, "apaan seh arti senyum loe?".

Yup. Semua orang emang gak bakalan tau arti senyum getir gw. Only me and Allah The All Mighty yang tau kondisi sebenernya. Sedikit bocoran, gw lagi terserang penyakit FLU! Alias FUTUR, LESU, dan UZLAH.

KETERTUTUPAN
Kalo kita ngomong masalah keterbukaan, mungkin kita bakal jawab, "itulah fungsi dimana persahabatan itu terjalin." Tapi kalo kita ngomongin masalah ketertutupan, bukan berarti timbulnya permusuhan kan?

Pernah suatu ketika seorang sahabat berkata, "I need you help Ukh. I need some place that can make me stronger than now. The place that only both of us know it. Please, take me to the magic of the moment." Dan kali ini giliran gw yang mengernyitkan dahi. Di mana itu? Gimana tempat yang cocok? Mungkin yang pantas mengeluarkan permintaan itu adalah gw. Tapi berhubung gw gak mau nyakitin sahabat, akhirnya, "of course honey. I can take you to go to anywhere you like. I'll try to always be by your side." Dan sehabis itu, gw nangis. Gw malu ama Allah. Ya Rabb, bagaimana hamba bisa menjanjikan tempat seperti itu kepada sahabat hamba, bahkan hamba sendiri butuh untuk menguatkan diri hamba. Dan hanya kepada Engkaulah tempat yang semestinya untuk Dipinta.

Dan ketertutupan, itulah passwordnya. Susah yah buat terbuka. Bahkan ama diri sendiri. Kalo kita gak mampu, kadang kita bilangnya, "ayo Chy, you pasti mampu!" padahal kita tau, kita bisa ngukur diri.

*wah, wah. Kayaknya gw dah kejauhan neh ceritanya*.

Sambil nunggu loadingan yang lambreta begete. Tepatnya di Warnet (Sensor Ce..) di Kampung Baru. (Soalnya bisa fatal neh kalo gw sebutin. Bisa menggagalkan usaha orang!) Niat gw pengen nyari NPM-nya anak2 magang. Udah satu jam nongkrong di sini, masih gak bisa kebuka juga nih! *hoahm*. Tuh kan, gw jadi ngantuk lagi. Gara2 belum kesiram aer wudhu kali yah?

Jadi gitu ceritanya teman2... FLU terus! Bukan Flu Burung, bukan juga Flu Anjing. Tapi ya FLU! eF, eL, dan U. Gw ngerasa gw stagnan banget! Gak ada berkembang2nya. Beberapa waktu lalu, halaqah gw tersendat. Jujur deh, selain karena waktunya sering tabrakan (dan gw berharap besok gw bisa jadiin ini sebagai prioritas), juga karena gw gak ada semangat. Di saat gw pengen bangkit, tiba-tiba aja ada sesuatu yang bisa ngebanting diri gw, dengan kerasnya.

Stagnan! You can call me 'The Stagnantiation Unperfect Lady'. Ugh! *kok gw jadi pengen nangis yah sekarang?*

Ya Allah, apa ini semua terjadi,
dikarenakan revolusi masih setengah hati?

Astaghfirullah... Hamba lemah banget ya Allah..
Kuatkan diri hamba dengan ujianmu.
Ingatkan diri hamba dengan cobaanmu.
dan Pertemukan diri hamba dengan mereka yang bisa membantu hamba menuju cinta-Mu.

---

dan Kepada semua, gw minta doanya yah... Karena gw gak mau kalah ama godaan sama si Setan Bangsat. *dan sekarang air mata gw bener-bener jatuh.*

Wednesday, February 14, 2007

Rasa Kehilangan itu...

Friends,

Tanggal 2 Februari kemaren, gw dapet musibah. Innalillahi wa innailaihi raji'un. Gw kehilangan HP plus dompet gw yang ada di dalem tas gw. Tepatnya di Masjid Al Wasi'i, Unila. Pas gw lagi shalat Dzuhur. Emang sih, ini keteledoran gw juga. Waktu tuh emang gw sendirian. Sampe sana gak ada temen yang gw kenal, so gw gak sempet pikir buat nitip tas. Alhasil, gw taro aja tuh tas di deket tiang. Gara2 gw pengen ngejer jemaah ama akhwat yang laen. Nah, abis shalat tuh, gw sempet shalat sunah, ngaji bentar. Pokoknya gak ada perasaan apa2 deh. Tau2nya, pas gw pulang, gw mikir. Kok tas gw enteng banget bro. Pas gw cek, dan yang pertama gw cek adalah HP gw, Nokia 1110, casing biru, waaaaaaks!!! Astaghfirullah, Hape gw kagak ada! Masya Allah! Hiks. Gw langsung turun deh, siapa tau gw teledor naro hape sembarangan di bawah. Taunya gak ada juga.

Akhirnya gw ngadu ke BPH Al Wasi'i. Ditemenin ama Juwita, yang kebetulan ketemu. Setelah itu, pulang deh gw ke Teknokra. (Soalnya mau ada kunjungan BEM Unila).

Sampe sana, terus terang, gw lumayan tenang. Gw bilang ama Reza, "Za, gw keilangan hape di masjid." Taunya Reza malah bilang, "Tuh, jadi tau kan gimana rasanya kehilangan sesuatu?".

Oke, oke. Ga akuin gw emang gak rela kalo hape gw diambil maling. Tapi, gw dah rela kok hape gw dah ilang. Kan dw gak iklas ama malingnya aja, kasian tuh orang, bukan rezeki yang halal kan. Nah, pokoknya, gw dah diem aja tuh. Ketawa seperti biasa. Tapi pas gw periksa lagi tas gw, ternyata DOMPET juga gak ada! Duh... Padahal mau makan.

HP Ilang, dompet pun raib. Gw dah ngadu ke BPH, ngadu juga ke Polsek Kedaton. Soalnya daelm dompet banyak kartu penting, nota2, dan duit yang gak sedikit (tumbenan deh gw bawa duit banyak).

Hgh! Cukup deh, gw dah tau kok rasa kehilangan. Yah begitulah. Nih baru kehilangan Hape dan Dompet. Gimana yah kalo kita kehilangan seseorang? :(

Nti disambung lagi ah, dah disuruh selesai neh. (Maen di tempat gratisan seeh, jadiw aktunya dibatesin, hehe!)

Wassalam.

Sunday, January 21, 2007

Hari yang MENYEBALKAN

Percayakah kalian ama yang namanya sial terus-terusan?

Di suatu ketika, pernah gw ketawa senang ampe jumpalitan (ups! asal jangan ada cowoknya, hehe), bahkan ampe ngeluarin aer mata ampir se'ember, itu semua karena senang gak ketulungan! Lalu tiba-tiba aja ngerasa, "wah, kayaknya gw bakal mau nangis neh."

Di suatu ketika, di lain ketika, muka gw manyun tekuk tujuh lipet. Bawaan tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detik adalah bete pada semua orang, tanpa pilih kasih. Mata pengennya nangis, tapi susah. Pengen tereak, tapi gak ada tempat yang pas. Tapi dalam kasus ini gak ada versusnya. Alias gak ada tuh ngerasa, "wah, kayaknya gw bakal dapet sesuatu yang menyenangkan neh."

Apa tuh tandanya? Artinya, kesulitan dan kesialan kita hidup di dunia ini menempati ampir lebih dari setengah perjalanan. Yang susah adalah gimana kita ngatasinnya. Allah SWT dah ngasih kita jalan. "Apabila diberi kenikmatan, maka kita bersyukur. Apabila diberi cobaan maka kita bersabar." Dan you know what, hal yang paling susah itu, ya DUA HAL itu! Manusia jarang iklas ngejalaninnya. Susah kalo gak tau ilmunya. (Nah, gw belum paham neh ilmu beginian).

Trus apa hubungannya dengan hari ini? Yang jelas, hari ini gw mesti sering-sering ngatur napas, menghela napas, senyum maksa, dan muka bertekuk enam belas! (bukan tujuh lagi).

Begini ceritanya,

Rencananya, Teknokra hari ni ngadain Lokakarya Progja. Tempatnya brooo! Di Pantai Tanggamus. Kerenlah... Butuh perjalanan sekitar 3 jam dari Unila. Dari awal mau pergi, perasaan gw dah gak enak aja. (Tiiiiiiiiiit!) Daftar perjalanan ke sana di sensor aja yah! Soalnya kalo gw ceritain, panjang banget!

Nah, pokoknya di sana ujan, tapi pengen nyebur laut dengan harapan ke'bete'an gw bakal lenyap dengan itu. Alhasil, maen ombak deh gw. Ujan-ujanan. Awalnya asik. Tapi, cuma sepuluh menit maen, ke'bete'an kembali menyerang.

*hoahm! dah mulai ngantuk neh*

Trus, lokakarya dipending gara2 ujan itu. Pulang, nyampe Unila pas magrib. Badan dah menggigil gak keruan. Mulut dah susah buat ngomong waras. Tangan pengennya ngelemparin benda2 yang bisa dilempar. Tapi, "sabar yah ci..."

Trus gw magriban di Masjid Al Wasi'i. Jalan bareng Tira Magang, tapi pisah di tengah jalan. Tadinya pulangnya mau bareng Shiro, adekku. Waktu pukul 19.00. Tapi gw suruh, "Shiro duluan pulang yah... Nanti Ayuk Uchy nyusul. Ada yang mau diurus. Gampanglah... Nti disms ajah!"

Kata Shiro, "tapi Yuk, jangan maen gampang aja dong. Pengen pulang neh, bareng ajah!"
"Sip deh. Tenang aja... Pokoknya nti disms deh, oke. Dah sana, pulang." Akhirnya pulanglah si Shiro dengan motor nonggengnya itu.

Sekedar catatan:
1. Kondisi pikiran gw lagi mumet. (Tapi Alhamdulillah setelah sholat tuh agak tenangan).
2. Gw bo'ong. Gak ada lagi yang perlu gw urus. (Maaf ya Shiro!).
3. Sekarang dah jam 9 malem kurang. Gw masih di warnet! Hape gw lowbat gak bisa idup sama sekali. (Tapi gw yakin kok, gak ada yang bakal ngubungin gw).
4. Kenapa rasa bete gw blum ilang2 yah... :'((
5. Angkot ke arah rumah gw dah gak ada kalo jam segini. N gw gak bawa motor! *lagi senyum2 licik* (Tanya kenapa).
6. Baru nyadar kalo GW BELUM SHOLAT ISYA!!!

Dah ah. Ngantuk. Kayaknya gw butuh ngadu ke BIG BOSS dulu neh... Setor absen.