◄ Vice Versa ►

Wednesday, July 18, 2007

Mulutmu Harimaumu

Saya yakin jargon sebuah iklan itu menyindir ke hampir semua perasaan orang. Pun halnya saya, ketika mendengar itu, saya tersenyum sendiri, sambil tarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. Fiuuuh! Faktanya, saya tersindir.

Ada beberapa kejadian yang membuktikannya. Isu dan fitnah tersebar kemana-mana. Sampai akhirnya saya kerepotan untuk meluruskannya. Pergi ke sana sini, bicara berulang-ulang, sekedar untuk bicara, “itu semua salah. Jangan diingat. Masalah saya jangan ditambah. Terimakasih.” Dulu, saya memang sering bercerita jauh, dengan harapan teman-teman saya akan memberikan solusi terbaik mereka, setidaknya dengan menjadi pendengar yang baik saja. Cukup dengan itu. Pesan saya, cukup kita bertiga saja yah yang tahu, saya, dirimu, dan Allah, selalu ada disetiap akhir cerita. Tapi toh akhirnya, cerita kemana-mana. Mereka bercerita kepada orang lain dengan pesan yang sama, cukup kita yang tahu. Jadilah itu proses berantai. Jadilah semua orang merasa simpati, empati, kasihan, sedu sedan, dan sebagainya. Banyak pesan yang saya terima. Uchy yang sabar yah... Uchy harus kuat. Uchy ini adalah sedikit cobaan... Uchy ini, uchy itu... *pusing*

Kejadian itu membuat saya mendapat pelajaran luar biasa. Semenjak itu, saya hati-hati kalau bicara. Mengemukakan rahasiapun saya pilih-pilih. Mereka yang saya anggap had a bad track record tidak menjadi daftar orang-orang terpercaya saya. Sampai nanti saya siap untuk belajar percaya lagi. Ini bukan salah mereka, karena ‘harimau ini’ awalnya berasal dari saya. Sesekali menangis membuat merasa bodoh. Seperti saya tidak punya Tuhan saja, yang Maha Setia Menemani. Kita diberikan naluri untuk membedakan antara baik dan buruk, indah dan jelek, benar dan salah. Tapi saya yakin semua ada ukurannya. Semua ada penyatunya, karena manusia diciptakan dengan tujuan yang sama. Dan saya yakin yang mampu mempersatukan semua adalah Allah.

Tuhan, ajarkan saya untuk percaya, bahwa keajaiban itu datang karena usaha. Tuhan, buat kami menyadari keberadaan kami di dunia ini salah satunya adalah sebagai penumpang, agar bisa saling dakwah, saling mengingatkan dalam ibadah
Ketika kata mulai berombak, maka yang keluar adalah kalimat indah penuh berkah.
Ketika perilaku tak cukup satu, maka yang lain akan mengikuti.
Akan saya pajang balon udara di atas rumah.
Yang dengannya saya bisa melihat seisi dunia.
Pojok 69 23.06.07 22:31

0 comments: