◄ Vice Versa ►

Wednesday, July 25, 2007

Layotan Pimnas? Kewl!



Two Thumbs Up!
Untuk gambarnya, pemilihan font, juga warnanya. :)

Met Wisuda! Wis Udah Telat Yah? :)

CONGRATULATION! To Ka' Novir, Bung Donkays, dan Bung Ronjret (urut dari kiri ke kanan). Mereka adalah senior, kakak, guru, sekaligus sahabat di kehidupan saya. Emang udah telat siy, tapi ndak papa lah ya? :) Berharap tertular wisudanya, dan bukan lamanya.

Meskipun WISUDA, SKRIPSI, dan BIMBINGAN adalah kata-kata yang sedang dihindari saya dan beberapa sahabat, namun bukan berarti mengucapkan selamat kepada 'terwisudawan' jadi terhalang. Justru semangat untuk menghadiri acara wisudanya. Selain ada makan-makannya, juga karena ajang reuni dan pesta perpisahan juga.

Hikmah dari teman yang Lulus
Asri Susila Ningrum (Teknik Pertanian '03).
Dia ini dulu bareng magang di Teknokra, tapi tidak sampai lulus. Dari awal dia memang merencanakan 3.5 tahun adalah waktunya kuliah. Sampai-sampai Rio -teman akrab Asri- bilang, "artinya omongan dia bener. Kuliahnya cuma bentar," sambil mata berkaca-kaca terharu, seperti mengatakan, "Achy, selamet yah!". Punya pacar, namanya gak tau, tapi yg jelas, Asri gk bisa jauh-jauh dari pacarnya ini. Di mana ada Asri, di situ ada pacarnya itu. (Sampe2 ada yang nahan gondok dan cemburu, hehe, sabar yah!).

Anita Mustika (Teknik Sipil '03).
Satu angkatan organisasi Pasis (Pasukan Inti Siswa) SMUN 2 Balam. Dari dulu nih anak emang pinter. Cakep, gaul, putih. (Anita, kapan nyusul temen-temen lain yang sudah berkerudung? :-)) Pertama dan Satu2nya lulusan di jurusan dia. Tidak ikut organisasi.

Wika Maharisa (Akuntansi '03).
Sama, satu angkatan Pasis juga. Berkerudung. Umurnya masih 21 tahun. Kabarnya dia lanjut ke S2, trus S3, kerja, baru berencana menikah. Apa2 yang diinginkannya, pasti dia kejar terus. Salut. Pernah di HMI, tapi enggak lanjut. Trus aktif juga di EEC (org. bahasa Inggris gitu).
Novi Fredy dan Putri Piyantami/Ami (Ilmu Komunikasi '03).
Nah, yg ini satu angkatan dan jurusan. Novi lulusan terbaik Universitas Lampung, IPK-nya lupa, :p. Mereka ini yang bikin kebat-kebit kakak tingkat dan teman satu angkatan. Dua-duanya dulu aktif di HMJ/Hima.

Sedangkan dari K'Novir, Bung Donkays, dan Bung Ronjret, banyak sekali yang saya dapat. Ya, bayangkan saja. Hidup dan kenal bukan sehari dua hari. Tapi bertahun-tahun. Kenangan sama mereka takkan terlupa, deh. Mulai dari kyay jamo adien, ehe'ehe-nya bung donkay, rajinnya bung Ronjret.

Kak Novir orangnya baik. Semoga nanti ipar saya juga baik yah, hehe. Bung Donkays apalagi, mungkin kalau ditampar orang saja, dia hanya nyengir saja, gak mungkin balas. Ya, Allah yang balas yah, Kak. Saya pernah merasa bersalah sekali sama dia. Dan dia hanya bilang, "Kakak tau Ucew gimana kok." Duh, dari situ saya nangis, dia emang ngertiin adek2nya. Terakhir dia pamitan untuk kerja di luar Bdl, sedih banget Kak. Kalau Bung Ronjret, hm, sepertinya hidup dia gak ada bebannya. Mungkin ada, tapi dia pintar menyembunyikannya. Rajin, ya nyapu, bersih2, rajin sholat, ngajinya jago ... :-). Terakhir diskusi masalah agama, nikah. Pemikirannya sederhana. Semoga kesederhanaannya bisa mengantarkannya pada kemuliaan, amin. Kabarnya udah ada 'calon'. Nanti dididik yang bener yah, hehe.

==


Sebenernya, saya cerita di atas, testimoni mereka, hanya sekadar pelampiasan ucapan selamat saya. Mungkin karena kebaikan dan kelebihan itulah yang membawa mereka sampai pada tingkat infiniti ini. Untuk masalah kekurangan, saya pikir, mereka juga cukup dewasa untuk tahu. Beda dengan mengetahui kelebihan :-).

Mudah2 semua sukses yah!!

Kebodohan Sepanjang Bulan

Sabtu pagi, aku masih berkutat di pekerjaan biasa. Bangun, sholat subuh, sarapan pagi, di depan komputer, sambil ditemani suara tivi. Masih belum mandi, tadi aku cuma cuci muka dan gosok gigi. Udara dingin, tapi aku paksakan hidupkan kipas angin untuk mengusir nyamuk-nyamuk iseng, yang lebih hebat dan rajin daripada manusia. Mereka sanggup begadangan, dan pagi-pagi sudah cari penghasilan. Bedanya, begadangan-nya mereka tidak buat ceking badan, tapi justru buat gemuk, sampai-sampai mereka jalan di kulit tanganku, tak sanggup terbang. Plok! Aku reflek, darah nyamuk yang baru saja mati jadi melekat di tanganku. Aku perhatikan lebih dekat, tidak ada garis hitam-putihnya. Aman, pikirku, walau tangan jadi bentol.

Udara sudah mulai menghangat. Aku melakukan sedikit peregangan badan, olahraga kecil-kecilan. Rumah sepi. Adik pergi ke kampus duluan. Ayukku masih asyik berselimut. Papa kerja, dan mama berkunjung ke rumah mbah di sebelah. Aku menghidupkan gosokan, mau gosok kerudung. Sebentar lagi aku mau ke kampus, melihat pengumuman, mencari data, dan membereskan komputer di Teknokra. Banyak janji yang musti ditepati, dan aku bertekad untuk melunasinya segera, sebelum aku mati.

Entah kenapa kejadian kemarin masih saja teringat di benakku. Sampai-sampai semalam aku mau tidur saja sulitnya bukan main. Ternyata selama beberapa bulan ini aku telah melakukan kebodohan. Seorang sahabat mengingatkanku, “penyakit hati, Cay!” Subuh tadi aku berdoa, semoga Allah segera melenyapkan perasaan ini, karena benar, ini namanya penyakit hati. Selepas tilawah aku bisa sedikit tenang. Aku yakin, Allah menciptakan hambaNya dalam bentuk yang berbeda-beda. Manusia tinggi karena ilmunya, dan keimanan adalah kasat mata kecuali tersirat dari perilakunya. Aku benci dengan mereka yang memandang dari pantulan panca indera yang memiliki kemampuan terbatas. (Jadi ingat kata-kata seseorang).

Aku memang belum apa-apa. Tapi setidaknya aku bersyukur bahwa Allah demikian Maha Baiknya, sehingga seorang Uchy bisa berdikari (berdiri di kaki sendiri), hingga saat ini. Dan topeng menjadi begitu bersahabat. Saat sedih dan menangis, topeng bahagia dan senang selalu kukenakan. Hanya saja, ketika ini kuceritakan kepada sahabatku, betapa kerasnya usahaku untuk ‘mengenakan’ topeng ini, sahabatku tertawa. Dia bilang, “iya, tapi topeng yang ente pake itu transparan!” Aku ikut senyum mendengarnya. Ada benarnya.

Sinar matahari mulai masuk rumah lewat ventilasi kawat belakang rumah. Tandanya sudah siang. Gosokan pun sudah panas. Mandi air dingin pasti bisa jadi terapi. Aku tersenyum. Melupakan kebodohan bukanlah suatu kebodohan. Tapi mengingat kebodohan bisa jadi merupakan langkah bijak. Banyak hikmah dari semua kejadian, ini hikmah terbesar bagiku. Menjadikan seseorang sahabat tanpa dia tahu, mencintai dia tanpa dia sadar, dan mengagumi dia tanpa dia paham, adalah sesuatu yang menurutku murni. Dulu, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Muhammad Saw, “aku mencintainya.” Lalu Rasul bertanya, “apakah dia tau?” Dijawab, “tidak.” Rasul berseru, “kalau begitu sampaikanlah padanya.” Suatu saat nanti, aku akan menyampaikannya, dengan cara yang tidak biasa.

Ujung 69, 22/06/07, 09:43.

Wednesday, July 18, 2007

Mulutmu Harimaumu

Saya yakin jargon sebuah iklan itu menyindir ke hampir semua perasaan orang. Pun halnya saya, ketika mendengar itu, saya tersenyum sendiri, sambil tarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. Fiuuuh! Faktanya, saya tersindir.

Ada beberapa kejadian yang membuktikannya. Isu dan fitnah tersebar kemana-mana. Sampai akhirnya saya kerepotan untuk meluruskannya. Pergi ke sana sini, bicara berulang-ulang, sekedar untuk bicara, “itu semua salah. Jangan diingat. Masalah saya jangan ditambah. Terimakasih.” Dulu, saya memang sering bercerita jauh, dengan harapan teman-teman saya akan memberikan solusi terbaik mereka, setidaknya dengan menjadi pendengar yang baik saja. Cukup dengan itu. Pesan saya, cukup kita bertiga saja yah yang tahu, saya, dirimu, dan Allah, selalu ada disetiap akhir cerita. Tapi toh akhirnya, cerita kemana-mana. Mereka bercerita kepada orang lain dengan pesan yang sama, cukup kita yang tahu. Jadilah itu proses berantai. Jadilah semua orang merasa simpati, empati, kasihan, sedu sedan, dan sebagainya. Banyak pesan yang saya terima. Uchy yang sabar yah... Uchy harus kuat. Uchy ini adalah sedikit cobaan... Uchy ini, uchy itu... *pusing*

Kejadian itu membuat saya mendapat pelajaran luar biasa. Semenjak itu, saya hati-hati kalau bicara. Mengemukakan rahasiapun saya pilih-pilih. Mereka yang saya anggap had a bad track record tidak menjadi daftar orang-orang terpercaya saya. Sampai nanti saya siap untuk belajar percaya lagi. Ini bukan salah mereka, karena ‘harimau ini’ awalnya berasal dari saya. Sesekali menangis membuat merasa bodoh. Seperti saya tidak punya Tuhan saja, yang Maha Setia Menemani. Kita diberikan naluri untuk membedakan antara baik dan buruk, indah dan jelek, benar dan salah. Tapi saya yakin semua ada ukurannya. Semua ada penyatunya, karena manusia diciptakan dengan tujuan yang sama. Dan saya yakin yang mampu mempersatukan semua adalah Allah.

Tuhan, ajarkan saya untuk percaya, bahwa keajaiban itu datang karena usaha. Tuhan, buat kami menyadari keberadaan kami di dunia ini salah satunya adalah sebagai penumpang, agar bisa saling dakwah, saling mengingatkan dalam ibadah
Ketika kata mulai berombak, maka yang keluar adalah kalimat indah penuh berkah.
Ketika perilaku tak cukup satu, maka yang lain akan mengikuti.
Akan saya pajang balon udara di atas rumah.
Yang dengannya saya bisa melihat seisi dunia.
Pojok 69 23.06.07 22:31

Tuesday, July 10, 2007

Akhirnya, PKL juga

Alhamdulillah, akhirnya saya PKL juga. Tahun lalu, ketika semua teman PKL, sementara badan ini masih asyik berkeliaran di kampus, sering ditanya, (dengan wajah heran), “Ci, masih di kampus? PKL di mana?”

Waktu terus jalan, bahkan ada teman yang sudah wisuda, dan dapat predikat terbaik satu universitas pula. Saya masih cengar cengir tidak peduli. Ah, masih ada tahun depan, pikir saya. Tapi, dua hari menjelang pendaftaran terakhir PKL, untuk periode Juli-Agustus, tiba-tiba terbersit pikiran, kenapa gak gw coba aja. Alhasil, sibuk urus sana sini. Surat pendaftaran, print out transkrip dengan tandatangan Dekan, tentu saja dana Rp150 ribu kudu cepat dicari.

Hari Kamis waktu itu. Perndaftaran paling lambat Sabtu. Sempet ditanya adik tingkat, “Mau PKL di mana Mbak?” Wah, lagi-lagi saya nyengir. Belum tahu. Mau PKL atau tidak saja masih belum pasti.

Dilema antara PKL dan tidak ini karena beberapa faktor. Yang pertama, saya baru tahu kalau pendaftaran PKL paling lambat dua hari kemudian. Itu juga taunya dari adik2 tingkat (yang kebetulan saya mampir ke kampus :p), yang saya lihat pada sibuk bawa-bawa map, ngurus transkrip, dan bukti pembayaran BNI. “Eh, itu bukti apaan sih?” Tanya saya. Kata mereka, “dana PKL mbak. Emang gak ikutan?” Hehe, jurus sakti nyengir gak keruan keluar lagi. Mungkin kalau tidak dilihat orang banyak, saya dah garuk-garuk kepala sambil mengernyitkan jidat.

Akhirnya saya iseng main ke ruang jurusan. Berharap dapat ilham. Ada yang tanya2 saya, bagusnya PKL di mana? Ada dua tawaran menanti teman saya, dia bingung. Satu di TVRI Palembang, satunya di Jakarta. “Bagusnya di mana ya Mbak?” Dengan gaya sok senior, saya kasih arahan begini begini, dan memutuskan untuk merekomendasikan TVRI Jakarta sebagai pilihan. Dan ditutup dengan senyum sambil berkata, “Jakarta kan Ibukota, dek. Mungkin untuk portfolio ada gunanya.” Dan saya ketahui dua hari setelahnya dia mengirimkan surat permohonan maaf karena tidak dapat PKL di TVRI Palembang.

Dalam hati, ketika itu, saya tertawa. Saya saja belum PKL, kok ya bisa-bisanya menasehati orang. Ayo, ci, pikirin. Mau PKL gak lo? Tengok kanan kiri, siapa tuh yang ngomong? Walah! Siaul. Bikin saya bingung! Tung tung tung tung tung… (kayak ikyu san).

Terus, alasan kedua, tempat PKL. Saya pinginnya keluar Lampung, karena saya kan orangnya enggak berani keluar kandang. Sumpyu. Nah, saya belum punya pegangan manapun, kecuali ada di beberapa tempat. Itupun sudah lama enggak saya konfirmasi. Terus, lebih jauh lagi, pingin ke luar negeri. Australia, atau Kuwait. Karena itu kalau bisa saya coba di luar Lampung. Biar terpacu. Kalau di sini, saya punya beberapa koneksi yang bisa membantu. (termasuk di tempat saya sekarang ini :D).

Terus, alasan ketiga, DUIT. Terpaksa pinjem mama lagi dah. Padahal dah niat, enggak mau pake duit mama. Kalau saya mau PKL di luar, gak mungkin sempat diurus dua hari ini. Yah, satu hari lah. Dana hidup di sana juga gak ada. Tapi kalau saya ambilnya bulan depan, mungkin saya masih bisa nabung.

*Tuing*

Sampai pikiran aneh mulai melanda (caelah! Bahasanya). Ci, katanya lo mau cepet selesain kuliah, katanya gak mau ngerepotin orangtua, katanya mau nikah muda? Lagian, katanya mau ngelanjut ke S2? Kalo lo gak mulai dari sekarang, kapan lagi?

Halagh! Bener juga, pikir saya. Setidaknya alasan tidak merepotkan orangtua menjadi alasan terkuat saya PKL saat ini. :-)

Yah, Ci. Semangat! Tuntaskan 250jam itu. (n_n).
(Depan computer PKL, Nusa Indah 11:29)

Sunday, July 01, 2007

Subhanallah! Wanita...

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan dengan kaum laki-laki (karna saya yakin Allah menciptakan keduanya dengan proporsi yang sempurna), lihat betapa beruntungnya menjadi sosok wanita.

Teruntuk kepada semua wanita yang merasa rendah diri dan tidak mensyukuri dirinya adalah wanita, baca artikel berikut.

Ada yang bilang, menjadi wanita Islam sungguh SULIT, karena KEBEBASAN-nya TERKEKANG. Menurut mereka:
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga berbanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kpd suaminya tetapi suami tak perlu taat pd isterinya.
7. talak terletak di tgn suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dlm beribadat karena masalah haid dan nifas yg tak ada pada lelaki.

Makanya mereka tidak lelah-lelahnya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM", "BERIKAN KEBEBASAN PEREMPUAN", "KEBEBASAN adalah bagian dari HAK ASASI PEREMPUAN".

Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)? Benda yg mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yg teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan?

Itulah bandingannya dgn seorg wanita. Wanita perlu taat kpd suami tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, manakala lelaki menerima pusaka perlu menggunakan hartanya utk isteri dan anak-anak.

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya.

Manakala seorang wanita pula, tanggungjawab terhadapnya ditanggung oleh 4 org lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

Seorang wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui mana mana pintu Syurga yg disukainya cukup dgn 4 syarat saja: Sembahyang 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat suaminya, dan menjaga kehormatannya.

Seorg lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH akan turut menerima pahala seperti pahala org pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Subhanallah, demikian sayangnya ALLAH pada wanita, kan?

Dunia itu Mimpi

Sesungguhnya dunia itu mimpi. Di akhiratlah terbangunnya.
Kematian memperantarainya. Kita adalah kumpulan bunga-bunga mimpi.

Barangsiapa menghisab dirinya akan untung dan barangsiapa yang lalai akan merugi.
Barangsiapa memperhatikan kesudahan hidup ini maka ia akan selamat.
Dan barangsiapa mengikuti hawa nafsunya maka ia akan tersesat.

Barangsiapa berlembut hati akan mendapat untung.
Barangsiapa mengambil pelajaran maka ia akan bisa melihat.
Barangsiapa melihat maka akan paham.
Barangsiapa mengetahui maka ia akan mengamalkan.

Maka bila engkau tergelincir segeralah kembali.
Bila engkau menyesal segera lepas penyesalan itu.
Bila engkau tak mengerti maka bertanyalah.
Bila engkau marah, tahanlah.

Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik amal adalah yang jiwamu berat melakukannya.

(Hasan Al Basri)